Aku mengusik egomu, membuatmu merasa tak nyaman dengan dirimu dan apa yang sedang kamu lakukan sekarang.
Tapi, pernahkan kamu berpikir mengapa aku mau repot-repot memikirkanmu di antara banyaknya hal yang ada, tidak ada dan mungkin ada?
Mengapa aku rela menggunakan detik-detik dan energiku yang amat berharga untuk berbicara denganmu?
Aku bisa menggunakan waktu dan energiku untuk menghasilkan uang, bersenang-senang atau melakukan banyak hal lainnya tanpa memedulikanmu sama sekali bersama dengan yang lain.
Tapi, pernahkah kamu tiba-tiba bermimpi melihat tempat yang sangat mengerikan dan melihat orang yang kamu kenal berada di sana?
Kira-kira, apa yang akan kamu lakukan setelah kamu melihat orang yang kamu kenal berada di dalamnya, mengalami hal-hal yang amat mengerikan? Kamu akan diam saja atau melakukan sesuatu seperti yang aku lakukan?
Ya, bisa jadi itu hanya mimpi, tapi apa salahnya mengingatkan orang lain yang kita pedulikan?
Memedulikanmu tak membuatku menjadi lebih kaya, lebih bahagia, lebih cerdas, lebih bijaksana, atau lebih-lebih lainnya, tapi membuatku merasa menjadi manusia.
Apakah surga dan neraka hanya fiksi belaka?
Pertanyaanku hanya satu, mengapa kita lebih mendengarkan opini orang-orang daripada firman Tuhan yang tertuang dalam kitab-kitab yang sejalan dengan ilmu pengetahuan dan memuat sejarah yang tak terbantahkan tentang dunia? Sejauh ini, hingga detik ini, adakah hal di dalamnya yang bertentangan dengan kebenaran? Kalau iya, bisakah kamu membuktikannya?
Tapi terserah saja, semua keputusan berada di tanganmu. Hidupmu bukan tanggung jawabku, nasibmu ditentukan oleh pilihanmu sendiri. Aku hanya orang yang numpang lewat untuk sekedar mengingatkan. Aku tak akan menyia-nyiakan waktu dan energiku untuk mengingatkan dua kali.
Buat apa bicara tapi tak didengar? Lebih baik melakukan hal yang lebih berguna.
Cukuplah uban yang tumbuh di kelapa kita menjadi pengingat bahwa hidup kita di dunia ini tinggal sebentar, waktu kita semakin habis dan kesempatan kita semakin berkurang.