Friday, 15 March 2024

Surga Firdaus

Sering kali kita mendengar kalimat pesimis dan putus asa orang-orang tentang surga. Mereka mengatakan bahwa diri mereka tidak pantas, orang lain tidak pantas, kira-kira aja, jangan berkhayal, gak apalah masuk neraka nanti bisa ketemu banyak artis, jangan minta surga yang terlalu tinggi nanti cobaannya berat dll. Naudzubillah min dzalik. Mending pada baca ini dulu dah ...

Hati-hati dengan pikiran kita teman-teman, karena pikiran kita sangat menentukan masa depan kita. Kalau standar kita rendah, maka perilaku kita akan rendah. Kalau standar kita tinggi/ideal, maka kita akan menjadi pembelajar abadi yang terus-menerus berjuang untuk memperbaiki diri, bertumbuh dan berkontribusi positif tanpa henti. 

Kita perlu berdoa supaya kita dilindungi dari keputusasaan terhadap rahmatNya, supaya kita tidak semakin jauh.
Seburuk dan sehina apapun masa lalu kita ...
Jangan pernah berprasangka buruk sama Allah.
Allah Maha Penyayang, Maha Pengampun.
Ingat kata Jean Paul Sartre, eksistensi mendahului esensi. 
Selama kita hidup, identitas kita belum final. 
As long as we're still breathing it's never too late to start a new beginning.

Kita memang cuma hidup sekali di dunia ini, tapi mengorbankan kebahagiaan sejati demi kesenangan sesaat yang diharamkan karena akan berdampak buruk bagi diri kita dan orang lain bukanlah keputusan yang logis dari akal yang sehat.

Tuhan tidak memberikan kita intuisi, akal, hati nurani dll untuk disia-siakan.
Tuhan tidak menurunkan petunjuk yang sangat jelas dan mengutus para manusia terbaikNya untuk kita sia-siakan.
Dia ingin agar kita memenuhi janji sebagai hambaNya dan umat Nabi Muhammad SAW yang beriman dan bertaqwa supaya kita bisa hidup selamat dunia akhirat.

Apabila kita semua diberi kesempatan untuk tinggal di surga tertinggi yaitu Surga Firdaus yang terdekat dengan Arsy Allah selama-lamanya bersama para manusia terindah dan terbaik, mengapa tidak?

Bukannya sombong, bukannya tidak tahu diri, bukannya tidak kira-kira. Meminta Surga Firdaus ada haditsnya, Allah yang mengutus ahli surgaNya untuk menyampaikan hal tersebut kepada kita, menghimbau kita untuk meminta hal tersebut kepada Allah. Kalau kita mau merasakan surga bahkan sebelum mati, tentu panutan kita adalah ahli surga. Bukan yang lain. Bukan pula pasangan kita.

Alih-alih bisa diharapkan, pasangan kita sering kali malah membuat kita merasa terpuruk dan memberikan teladan yang buruk. 
Karena bukan ridho Allah yang dicari melainkan ridho manusia, bukan utusanNya yang dijadikan panutan, bukan Al Qur'an dan hadits yang dijadikan petunjuk dan bukan Surga Firdaus yang dijadikan tempat berpulang.
Naudzubillah min dzalik.

Memang benar bahwa jika kita terlalu cinta dan terlalu berharap pada selainNya maka kita akan dibuat sekecewa mungkin supaya kita bertobat, yaitu menyadari bahwa kita salah (terlalu cintai dan berharap pada selainNya), berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan kembali padaNya seutuhnya. 
Segala hal yang terjadi pada hidup kita memang bermuara ke situ, untuk menyadarkan kita bahwa Dialah satu-satunya yang paling layak untuk dicintai dan dijadikan harapan.
Jalur tercepat supaya kita kembali padaNya adalah kita dibuat patah hati pada selainNya yang paling kita cintai. Entah itu orang tua, sahabat, pasangan kita, bisnis kita, harta kita atau hal lain.

Tapi sadar bukanlah akhir, kesadaran bukanlah segalanya, menjadi orang yang sadar atau tercerahkan bukanlah achievement tertinggi. Sadar dan yakin itu baru permulaan atau modal awal untuk memulai kehidupan yang baru sebagai manusia baru.
Lihatlah betapa banyaknya kaum intelektual atau spiritualis yang "merasa punya" kesadaran tingkat tinggi namun praktek hidupnya begitu memprihatinkan. Alih-alih membumikan kesadaran malah mengagung-agungkan kesadaran sendiri dan merendahkan level kesadaran yang lain. Alih-alih sibuk menghidupi kesadaran, malah sibuk bermain dengan kata-kata di alam pikiran bahkan untuk perdebatan yang sia-sia.


Yang sulit itu bukan mencapai kesadaran tertinggi, yang sulit itu bukan mencapai pencerahan.
Akan tetapi, hidup berkesadaran secara konsisten. 
Kesadaran yang tinggi harus tercermin pada tindakan sehari-hari yang sesuai perintahNya dan sunnah. Dari cara duduk, cara minum, cara makan, cara tidur, cara dagang, cara bergaul, cara jaga kesehatan rambut, segalanya-galanya dilakukan dengan sadar secara konsisten.
Inilah yang menjadi tantangan terbesar, sebab semua itu perlu ilmu yang luas dan keteguhan hati yang kuat. Adapun lingkungan masyarakat yang majemuk menerapkan aturan bersama yang sering kali tidak sesuai dengan keyakinan kita. Mau tidak mau, kita hanya bisa memilih lingkungan yang paling toleran atau paling mending, yang bisa memberikan kita ruang seluas mungkin untuk menerapkan apa yang kita yakini di akhir zaman ini.

Jika Allah mengizinkan kita ke surga FirdausNya, maka kita akan dipandu dan dipermudah untuk pergi ke sana. Kita akan diberitahukan dan dibiasakan dengan amalan dan karakter para penghuni Surga Firdaus. Kita akan sering menemukan hadits-hadits dan ayat-ayat Al Qur'an yang menunjukkan hal tersebut, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Contohnya yang seperti ini:

Saya masih ingat bahwa saya pernah berdoa untuk dimasukkan ke Surga Firdaus sewaktu kecil. Pernah juga minta agar masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Entah mengapa saya teringat doa itu kembali sekarang. Lumayanlah sebagai motivasi saat iman melemah, penguat saat memerangi godaan setan dan fitnah akhir zaman. 

Yang menjadikan surga itu nikmat sebenarnya bukanlah surga itu sendiri, melainkan kualitas batin kita. Di saat kita mampu mencintaiNya secara utuh, maka kita akan mencintai segala sesuatu tentangNya dan apapun yang Ia berikan. Semakin dalam dan semakin besar cinta kita, semakin luar biasa apa yang kita rasakan. Dikasih mata untuk melihat saja rasanya sudah sangat bahagia, apalagi yang lebih dari itu seperti dapat memandang wajahNya. Kebahagiaannya tentu tak terkira, tiada tara, tak mampu terlukiskan oleh kata-kata.

Cita rasa surga bisa kita rasakan sebelum mati di saat kita benar-benar mencintaiNya, yaitu di saat kita dapat menerima dan mensyukuri segalanya dengan pemahaman yang utuh. Yang ada hanya kebaikan, keindahan dan kesempurnaan. Tak ada lagi rasa cemburu, sebab di hati kita hanya ada Allah. Jika Allah sudah memenuhi hati kita, apalagi yang masih kita inginkan? Dia adalah segala-galanya, segala-galanya adalah Dia.

Soekarno pernah bilang bermimpilah setinggi langit, langit tertinggi yang bisa kita gapai adalah Surga Firdaus.

Mulai hari ini, berhentilah menerakakan diri sendiri dan orang lain. Kita semua (anak cucu Adam) diciptakan sebagai makhluk yang mulia, kita semua diberikan kesempatan untuk merasakan surga. Selama kita masih hidup, kita masih punya kesempatan untuk menjadi penghuni surga tertinggi dan yang paling utama yaitu Surga Firdaus.

Kalau bingung mau mulai dari mana, banyakin istighfar dan sholawat aja dulu. Jangan mau kalah sama iblis dan kroco-kroconya teman-teman. WE ARE BORN TO BE A CHAMPION!