Thursday, 17 October 2024

Sakit hatian?

Kadang orang sakit hati jika mimpinya dibilang muluk-muluk, kegedean, halu, delusional atau apalah sama orang lain.

Pertanyaan saya, ngapain sakit hati?

1. Orang lain kan cuma menilai secara subjektif dari sudut pandang atau pake ukuran dia aja. Jadi sebenarnya dia gak ngomongin kita, tapi ngomongin proyeksi dirinya sendiri dalam situasi tersebut. 

2. Komentar orang lain tentang masa depan kita hanyalah opini, bukan fakta.
Fakta adalah sesuatu yang benar-benar terjadi, sementara masa depan kita belum terjadi.

3. Ketika yang ngomong ini adalah pihak keluarga atau teman, jangan buru-buru menyimpulkan secara negatif dan dibuat sakit hati oleh penilaian subjektif kita sendiri tentang mereka.
Yang saya yakini, maksud mereka itu sebenarnya baik. 
Mereka itu sebenarnya care, gak mau kita terombang-ambing pada suatu hal yang gak pasti, gak mau kita terjatuh dan sakit dari ketinggian yang tinggi banget, makanya sebelum kita naik tangga mereka langsung memperingatkan atau memberi respon yang jelek supaya kita gak lanjut naik terus.

Ego mereka yang bertindak sebagai agen survival yang mendorong mereka untuk menyelamatkan kita -- menyelamatkan dengan cara membunuh keinginan kita yang dinilai membahayakan kita.
Makin tinggi kita mau naik, semakin takut juga mereka kalau kita jatuh dan kenapa-napa.

Mereka itu sebenarnya care. Cuma, cara menunjukkan kepedulian dan pemilihan kata-katanya aja yang kurang enak. Maklumlah, ketika ego yang ambil alih dan rasa takut muncul untuk survival, nalar orang gak bisa bekerja dengan baik. 

Maafkanlah mereka semua yang tidak mampu memahami kita dan salah dalam menilai kita. Toh dengan kesalahan mereka yang seperti itu, kita jadi orang yang lebih independen dan tawakal.

Sakit hatian itu gak baik bro sist, apalagi sampai dendam-dendaman segala.
Omongan orang lain itu gak perlu terlalu diambil hatilah, apalagi kita biarin untuk merusak visi besar dan daya juang kita.
Kalau kita yakin itu jalan kita, jalan aja terus walaupun sendirian. Nanti di depan juga bakal ketemu yang sevisi, atau kita bakal disusul sama yang sevisi. 

Lihat si Timothy Ronald tuh, mau dibilang apa juga bodo amat dia.
Alih-alih merasa down, dia bisa fight atau bounce back.
Mau kepeleset, disengkat, dilembarin tombak dari sudut mana pun juga bakal tetep lari dia sampai ke puncak gunung es. 
Mentalitas kek gini yang harus kita budayakan.
Bukan mentalitas korban yang dikit-dikit sakit hatian dan nyalahin keadaan eksternal yang gak bisa diubah. Fokus aja untuk wujudkan visi kita, bodo amat sama apa pun di luar itu. Distraksi-distraksi sekitar abaikan ajalah, gak penting. 
Didukung bagus, gak ya udah.

Saya suka beberapa pemikirannya David dan Timothy. Saya juga suka semangat juang para bocah ini. Kalau bisa milih partner, sudah pasti saya akan memilih yang seperti mereka. 
Punya pemikiran dan kepedulian yang besar, doyan belajar, visioner, ambisius, gak ribet, gak berbelit-belit, gak drama, gak bermental korban, berani, pekerja keras, suka berbagi.

Saya gak tahu ya aslinya mereka orang itu gimana, pastinya berseliweran kabar miring tentang mereka juga. Komentar buruk tentang mereka juga saya tahu.
Tapi di balik segala keburukannya, perlu kita akui bahwa semangat mereka itu bagus.

Saya gak cocok kerja sama orang yang pesimistis, klemar klemer, suka drama, bermental korban. Bikin sakit kepala. 
Habis waktu dan energi untuk memahami dan menyabari tingkahnya doang. Boro-boro maju, yang ada cuma jalan di tempat bahkan mundur.

Gak lagi lah kasihan kasihan kalau ujung-ujungnya malah menyiksa dan merugikan diri sendiri, merusak masa depan.