Tapi, bayangkanlah jika orang yang kita lihat itu adalah orang yang paling kita cintai.
Misalnya, calon pengantin kita, saudara perempuan kita, ibu kita, atau anak yang kita besarkan dengan susah payah.
Dapatkah kita masih menikmatinya?
Bagaimana jika mereka yang dijadikan tontonan dan objek fantasi seksual oleh banyak orang?
Dapatkah kita menerimanya?
Kita mengakui bahwa Islam itu rahmatan lil alamin, kita mengakui bahwa kemanusiaan itu satu, tapi kenapa kita hanya mempedulikan diri sendiri? Apakah harus ada anggota keluarga kita dulu yang menjadi bintang video porno supaya kita menyadari betapa najisnya kelakuan kita yang selama ini menikmati hal tersebut?
Masih ingatkah kita tentang kisah seorang laki-laki yang sering menggunakan jasa wanita bayaran?
Dia tidak membenci prostistusi malah menjadikannya guyonan bahkan menikmatinya, sampai anaknya sendiri yang menjadi wanita bayaran itu dan menemuinya di kamar hotel, terkejutlah ia saat melihat anaknya sendiri hingga dirinya terkena serangan jantung lalu mati mendadak.
Mungkin mereka semua yang melegalkan prostitusi dan pornografi pun takkan sadar bahwa mereka salah. Hingga akhirnya, orang yang paling mereka cintailah yang menjadi salah satu pelakunya.
Naudzubillah min dzalik.