Beli mobil, rumah, tanah, makanan mewah, barang-barang branded, investasi, jalan-jalan ke luar kota dan ke luar negeri bisa atau dibisa-bisain, tapi kok kita gak ke sini-sini ya padahal kita mampu?
Yakin kita hidup untuk Allah?
Yakin kita umat Nabi Muhammad?
Yakin kita sudah siap mati?
Yakin kita fokusnya ke akhirat?
Ya siapapun bisa bicara, siapapun bisa ngaku-ngaku, siapapun bisa merasa, tapi amalan kitalah yang nantinya akan memberi kesaksian.
Kita ke sini bukan untuk mendapatkan gelar haji yang sama sekali tidak penting, tapi untuk memenuhi panggilanNya dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.
Rejeki itu memang luas bahkan tak terhitung jumlahnya, ada nikmat iman dan Islam, nikmat sehat, nikmat waktu luang, hati yang tentram dan merasa cukup, akhlak yang mulia, fisik yang indah, bakat dan keterampilan yang baik, kecerdasan, hidayah, ilmu yang bermanfaat, dipertemukan dan kelilingi oleh orang-orang yang baik, punya keluarga dan teman yang suportif, pekerjaan dilancarkan, ibadah dipermudah, dilindungi dari marabahaya, tempat kerja dan tempat tinggal yang nyaman, pasangan soleh/soleha yang menyenangkan hati dll.
Ada yang berpendapat bahwa rejeki yang terendah adalah harta, misalnya uang.
Walaupun rendah, bukan berarti uang itu gak penting. Bukan berarti jika kita bilang bahwa kita perlu uang, maka kita adalah orang bermental miskin yang kufur nikmat, buta akan rejeki lainnya yang jauh lebih besar dan tak ternilai. Walaupun rendah, realitanya, uang itu kita butuhkan untuk melakukan banyak ibadah yang diridhoi oleh Allah sesuai sunnah.
Menunaikan rukun Islam yang kelima bagi kita yang tinggal jauh dari sana tentunya memerlukan biaya.
Gak perlu mengharapkan kebaikan hati orang lain untuk bayarin kita.
Bekerjalah, karena bekerja adalah ibadah yang mulia. Berkah nomor satu, nominal nomor dua.
Allah mencintai hambaNya yang bersungguh-sungguh dalam mencari nafkah yang halal untuk tujuan yang mulia.
Dunia ini bukanlah tempat untuk bermalas-malasan dan berpangku tangan.
Selain bekerja, ada banyak sekali hal yang ternyata bisa memperlancar rejeki.
Poin paling penting, lakukanlah segalanya karena kita cinta kepadaNya dan rasulNya.
Bukan karena nafsu, bukan karena kita menginginkan rejeki atau hadiah yang dijanjikan.
Kalaupun usaha kita diberi balasan yang baik, alhamdulillah, anggap saja itu bonus.
Toh, kelimpahan nikmat yang diberikan olehNya secara cuma-cuma tanpa kita minta, kita usahakan dan kita harapkan hingga detik ini sudah begitu banyak dan luar biasa.
Gak perlu juga nunggu-nunggu pasangan untuk sama-sama ke sana dan bertemu di pintu 25 atau gate 338.
Tidak semua orang cukup beruntung untuk dipertemukan dengan kekasihnya di pintu paling romantis di Masjid Nabawi.
Menurut Habib Sholeh bin Ahmad Al-Idrus, ini amalan untuk mempercepat kita ke sini.
Ya Robbi sholli ‘alaa Muhammad, Ya Robbi ballighna nazuuruh.