Saturday, 5 November 2016
Positive Change
If I can't find what I want to find, I will create.
I want to be better than yesterday
by changing my daily habits
by examining myself
by throwing away my suspicion with those i interact with
by remedying all of my broken relationship
by being open but critical at once
by loving others more than before
by treating others well with respect and patience
by only do good and be good
I won't say, "It will be so easy if my life isn't surrounded by negative people."
Well, i think everybody has a role to change their social nature.
We do influence each other a lot without realizing it.
If i be better, my world will be better too.
Friday, 24 June 2016
Sungai kematian
Monday, 20 June 2016
Komitmen
Keep trying!
Tuhan bersama orang-orang yang berjiwa besar.
Tak ada kebaikan yang sia-sia.
Yang Tuhan nilai adalah kesungguhan niat dan usahanya. Tak semata-mata hasil.
Kesuksesan tak diukur dari tingginya jabatan, panjangnya gelar, atau melimpahnya materi. Tapi dari seberapa mulia hatimu dan segigih apa usahamu dalam mewujudkannya dengan hanya mengharap ridha-Nya.
Friday, 17 June 2016
Indistinct
Bersyukurlah, Sobat...
![]() |
"The happiness of your life depends upon the quality of your thoughts." — Marcus Aurelius |
Friday, 27 May 2016
Melipir ke Desa
Ramadhan lalu, saya belajar Qur’an dan berjilid-jilid hadits dari berbagai prawi berlabel shahih yang saya dapat dari salah satu proyek yang saya bantu. Saya juga baca ensiklopedia al-hadits dan buku sufi. Cuma ya namanya orang baru belajar, kalau kata Zen mah hendaknya utuh di dalam sampai materinya benar-benar selesai dan penguasaannya mantap. Rasanya kurang wise kalau baru baca sepotong-sepotong langsung publikasi maksimal kayak reporter ngejar setoran. Buru-buru memuntahkan kembali "potongan daging mentah" resikonya bisa sesat dan menyesatkan. Lagipula, yang baru untuk saya kan belum tentu baru untuk yang lain. Banyak yang lebih kompeten juga.
Kalau punya kebun organik sendiri itu enak. Bisa hidup sejahtera dan damai tanpa merusak, bisa amal jariah dan ibadah sunnah kapan aja banyak-banyak. Nggak harus nguli sama orang lain yang belum tentu benar atau tergantung supplier dan customer yang suka seenak jidat. Mau trend berubah-ubah, dollar naik sampe berjuta-juta, krisis moneter, inflasi, pasar saham jungkir balik, kartel menggurita, petani pada puso, Bumi dilanda badai matahari, kita masih bisa hidup sehat riang gembira. Kata Nabi Muhammad SAW sendiri, makanan adalah harta umat yang paling utama dan bisa menjaga umat dari perilaku meminta-minta. Adalah makanan yang membuat jiwa kita yang menubuh ini tetap eksis di dunia fisik yang berjiwa ini—bukan uang, internet, kendaraan, rumah mewah, ketenaran, maupun gelar.
Pernah ada suatu masa di mana uang itu nggak laku untuk membeli makanan. Dan bukan mustahil bila hal itu akan terulang lagi. Terlebih, ketahanan pangan global saat ini semakin lemah dan daya hancur kita kian dahsyat. Udah banyak banget rantai makanan kita yang punah akibat pilihan kita sehari-hari, konsekuensinya, piramida makanan kita pun semakin rapuh. Tinggal nunggu aja kapan robohnya. Seriously, it's only a matter of time.
Emas kuning tentu nggak bisa beranak sendiri. Tapi kalau emas hijau? Kita lempar satu biji ke tanah terbuka aja, biji itu bisa jadi jutaan batang, miliaran bunga dan buah, triliunan daun dan biji lagi. Sepasang ikan pun bisa jadi jutaan anakan dalam waktu singkat (such as salmon, moa, bandeng, tenggiri, tuna, layang, bawal). Yang namanya bisnis organik itu tidak menghasilkan limbah. Karena sampai kapan pun, seluruh makhluk hidup akan tetap membutuhkan aliran energi yang pro kehidupan dalam skala besar setiap harinya. Seandainya produk kita nggak lolos sortir pun, sesimpel-simpelnya, produk itu masih bisa kita jadikan pupuk organik dan bahan bakar biogas.
Jika kita adalah seorang idealis yang ingin mendapatkan massive income untuk bakti sosial dan lain-lain secara aman, halal, menyehatkan, dan menyenangkan... mengelola lahan organik milik sendiri bersama pasangan untuk konsumsi sehari-hari dan bisnis "produk organik olahan yang sterling dan sulit ditiru" (yup, added values itu amat penting) sekaligus merupakan salah satu jalur realistik yang jenius. Untuk bantalan seandainya bisnis kita mengalami kejatuhan hingga pailit, kita bisa nyambi nulis buku, mengajar, dan atau melakoni sambilan berprospek bagus lainnya. Dengan menulis, kita bisa menguatkan sinergi IQ-EQ-SQ kita, memperoleh keuntungan mengalir jangka panjang, tetap terhubung dengan dunia secara efektif dan efisien, memperoleh teman-teman sejiwa yang setia menyokong, dll. Saran saya, seaman apa pun bisnis kita nampaknya, selalu siapkanlah berbagai back up yang kokoh menopang untuk kemungkinan terburuk agar kita tak jatuh terpuruk sampai ke dasar jurang.
Kalau level spiritual kita masih lemah memang bahaya, apalagi kalau mau jadi pengusaha di desa. Saat ini pun saya ketat banget soal makanan, biasa makan yang direbus dan hambar-hambar tanpa minyak sawit juga setiap hari. Terus, dosen saya nyaranin agar saya temenan aja sama para demit itu kayak orang Bali atau Islam Kejawen pada umumnya. Hahaha. Pernah memang, suatu malam saya sendirian di lahan dan merinding tiada henti—bahkan ketika sholat Isya. Perasaan nggak enak banget. Kata orang, kalau penampakan mereka baik, berarti mereka menyukai kita. Kalau nakutin, berarti nggak. Berdasarkan rumor yang beredar, sudah sering sekali muncul penampakan kuntil anak berdarah, gunderowo, nenek lampir, dan lain-lain yang horor abis di sekitar lahan saya selagi saya nggak ada. Itu berarti saya aman, dong? Bahkan diuntungkan. Yah lumayan lah, mereka bisa bantu saya jaga lahan dari orang-orang jahil yang keimanannya kurang. Fyi, kediaman kosong di desa itu udah biasa dijadiin lapak untuk menunaikan hasrat terlarang lho. Mulai dari mabok miras oplosan sampe pemerkosaan bergilir. Maklum, SD aja pada nggak tamat. Baca pun jarang. Jadilah dukun yang sesat itu sebagai pelarian untuk menyelesaikan 1001 problematika kehidupan.
Tuesday, 24 May 2016
Jurnal Mimpi
Ernflaw
Sunday, 22 May 2016
Living by Killing?
Suatu perputaran terus-menerus
Yang mempertahankan keseimbangan
Keseimbangan adalah hasil
Kerjasama dan kompetisi
Dari berbagai peran berkarakter
Yang bersinergi
Terus-menerus
Sesuai batas kewajaran
Friday, 13 May 2016
Meretas Kecanduan
Kadang fungsi buku tak ubahnya rokok, cuma buat alasan aja agar bisa menikmati kesendirian di suatu tempat yang sama berlama-lama. Saya sering buka buku, tapi mata ke mana fokus ke mana. Aneh aja sih kalau merenung atau menikmati fenomena tanpa ada kegiatan sampingan, entar disangka kesambet atau pengen bunuh diri. Namun hingga detik ini, saya nggak pernah ngerokok barang sehisap pun. Sama kayak making out aja sih, sekali udah kecanduan, kemelekatan pada kenikmatan rokok bakal susah dilepas; otak bakal terngiang-ngiang dan nagih terus.
Ada yang namanya studi kasus dan ego transendental, nggak mesti ngalamin dulu untuk memahami kan...?