Dusta, jika kubilang aku tak peduli lagi pada kehidupan. Nyatanya, aku masih hidup.
Aku hanya sedang membiasakan diriku pada kemungkinan terburuk yang ditakuti
umat manusia.
Segala
penderitaan ini.... kelak, akan berbuah manis. Dan akan kusambut
kemenanganku dengan takzim.
Aku
mulai menikmati hidupku, ataukah aku hanya mulai mencintai keindahan dari
segala sesuatu termasuk penderitaan?
Aku
meyakini bahwa kekayaan hakiki adalah kekayaan jiwa. Modal seperti apa pun bisa
jadi mewah asalkan jiwa kaya raya. Aku bersaksi bahwa ada keindahan
dan keajaiban dari segala sesuatu yang patut disyukuri dan dijaga kemuliaannya.
Termasuk di setiap manusia, termasuk dalam hal-hal paling mengerikan sekalipun.
Mustahil
selamanya mengisolasi diri dan tak menentukan pilihan untuk menjaga perasaan
setiap insan, tapi aku juga tak tahu pasti siapa yang Tuhan catatkan untuk menjadi
pengindah hidupku kelak. Segala yang hidup punya keindahan dan potensi untuk
berubah. Satu hal yang pasti dariku, aku bukanlah pengikrar yang munafik dan serakah.
Keyakinan yang disodorkan kepadaku kelak, sungguh akan kubayar dengan harga yang amat
mahal.