Sunday, 25 February 2024

Ridho Manusia

Apakah itu penyebab hancurnya hati, buruknya akhlak serta hangusnya amal baik seseorang? Ya, mencari ridho manusia. Mencari ridho manusia dalam arti menomorsatukan penilaian manusia dan menomorduakan penilaian Allah. Allah melarang kita begitu, Allah tidak suka kita begitu, tapi kita malah sengaja nyuekin Allah dan lebih mementingkan penilaian baik orang lain. 

Mencari ridho manusia bisa mengakibatkan kerugian sebagai berikut ini:

1. Kebahagiaan kita jadi tergantung pada orang lain.
Respon orang lain jadi sangat menentukan suasana hati kita, bahkan harga diri kita. Banyak followers, subscribers, likes, pujian, bikin kita jadi merasa berharga dan bahagia. Kalau yang terjadi sebaliknya? Merasa sedih, tidak bersemangat, tidak berharga, gagal sebagai manusia dll. Pada kasus-kasus tertentu, orang bisa depresi dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya karena tidak tahan dengan penilaian orang lain yang buruk tentangnya. Yang ngasih penilaian buruk juga keterlaluan sih. Makanya kita diperingati supaya bisa menjaga lisan kita dari menyakiti orang lain. Ya walaupun sulit dan kadang-kadang masih kelepasan, kita bisa kok berubah secara gradual. 

Kalau dulu kita sering bikin salah dengan lisan kita misalnya dengan berkomentar buruk, meremehkan, menghina, mencaci-maki, memanggil orang lain dengan sebutan yang buruk, ghibah bahkan fitnah ... sudah saatnya kita menebus semua kesalahan itu dengan melakukan hal yang sebaiknya guys. Kita gak boleh bilang orang lain itu baperan setelah kita dengan sengaja melukainya dengan kata-kata kita, kalau kita begitu, artinya kita lepas tanggung jawab. Memang iya yang nentuin mau sakit hati atau enggak itu orang lain, tapi kan kita juga berperan di situ jadi pemicu sakit hatinya. 

2. Membuat kita jadi kehilangan jati diri.
Kita jadi manusia kerumunan yang mudah terbawa arus, mengikuti trend atau keinginan orang lain yang sebenarnya tidak kita banget dan tidak sesuai dengan prinsip kita demi penerimaan atau rasa suka dari orang lain. 

Di dunia infotainment dan entertainment misalnya, sering kali kita dituntut untuk mengikuti selera pasar yang bertentangan dengan prinsip kita. Sebenarnya kita benci dengan gosip dan judul clickbait, tapi karena masyarakat suka gosip dan judul yang mancing-mancing, mau tidak mau kita nulis tentang gosip dengan judul clickbait supaya traffic kita tinggi, atasan senang dan penghasilan pun lancar.

Belum lagi di dunia entertainment, kita malah harus pintar berpura-pura. Kalau kita sudah terbiasa berpura-pura di dunia nyata mungkin pekerjaan itu akan terasa lebih mudah dan menyenangkan.

3. Membuat kita menjadi pembohong untuk menghindari judgment yang buruk dari orang lain.
Jika tujuan utama kita adalah dinilai baik oleh orang lain, maka kita tidak akan segan-segan untuk berbohong, berpura-pura, mengarang-ngarang atau mengaku-ngakui sesuatu yang bukan kita demi menutupi apa yang dianggap buruk oleh orang lain. Misalnya orang lain mengganggap bahwa kemiskinan itu hina, maka kita bisa saja berbohong dengan mengatakan bahwa uang kita sebenarnya banyak hanya saja dalam bentuk deposito sehingga tidak dapat diambil, kita mengakui-ngakui bahwa diri kita adalah anak dari juragan jengkol padahal bukan, dlsb. Hati-hati dengan kebiasaan berbohong guys. Imam Al Mawardi mengatakan bahwa bohong adalah induk dari semua keburukan dan dasar dari semua sikap yang tercela, bohong juga induk dari kemunafikan. 

Kalau kita pernah berbohong untuk menyelamatkan diri, menyelamatkan muka, membuat orang tertawa atau menuai pujian di hadapan manusia, cepat-cepatlah bertobat karena bohong adalah kepala dosa. Jangan sampai berbohong menjadi kebiasaan apalagi menjadi karakter kita guys, karena kalau sudah menjadi karakter maka hal akan lebih sulit dan lebih lama untuk dihilangkan.

4. Membuat kita dan orang lain terjebak dalam panggung sandiwara.
Misalnya, dengan buru-buru mencari pasangan baru setelah putus dengan yang lama untuk membuktikan bahwa diri kita berharga, banyak yang suka, banyak yang mau, tidak sulit mendapatkan pengganti yang lebih baik dan yang lama tidak seberharga itu. Pacaran dengan lawan jenis yang tidak kita cintai pun gak masalah, yang penting orang itu bisa mengangkat status kita, bikin mantan kita menyesal dan kita tidak dianggap sebagai penyuka sesama jenis karena memilih sendiri untuk waktu yang lama. Kita mengkhianati diri sendiri dengan berpura-pura, padahal orang-orang juga tahu kalau PDA itu salah satu tanda insecure dan hubungan yang tidak bahagia, apalagi kalau pasangan kita tidak menunjukkan antusiasme yang sama, kitanya yang heboh bangga-banggain sendiri. Ya, orang lain pasti berasalah kalau kita cuma menjadikan dia pelarian, memperalat dia demi status dan kebanggaan palsu di atas panggung sandiwara kita. Sebenarnya kita tidak menipu siapapun melainkan diri sendiri. Selalu inget quote ini guys:


Alih-alih terkesan dengan kita, orang lain terutama keluarga dan teman dekat kita justru akan merasa kasihan melihat kita dan korban kita begini, cuma gak berani ngomong aja karena takut menyinggung ego kita yang terlampau tinggi atau melukai hati kita yang terlampau sensitif, mereka sudah kenal sisi prideful dan tempramen kita gimana. Ditegur tersinggung, dikasih tahu baik-baik ngeyel dan bantah dengan segala macem teori sehingga bikin orang capek dan males debat, diperhatikan malah semakin menjadi-jadi dan bertingkah yang aneh-aneh, didiemin merasa dicuekin dan ditinggalkan. Paling mereka cuma bisa doain dan share reminder di medsos aja supaya kita sadar sendiri. Mereka mungkin diem aja, bahkan ketawa kecil melihat tingkah kita, tapi dalam hatinya bisa aja membatin gini, "Lo mau sampai kapan sih begini?"

Ekspresi tubuh itu cerminan hati guys, apalagi wajah dan mata kita. Kita bisa aja maksain hubungan dan berpura-pura bahagia dengan orang lain, tapi yang namanya wajah dan mata itu gak bisa bohong. Ketika kita memilih untuk menjadi orang yang fake dan manipulatif demi tampil cantik di atas panggung tipu-tipu, demi membuat orang yang menyakiti kita menyesal, demi membuat orang-orang terkesan, jiwa kita akan semakin tersiksa, menangis, menjerit dan meronta-ronta. Semua itu kentara di mata. Percuma menggenggam dunia jika jiwa kita merana guys, percuma.

Ketika kita ingin membuktikan kepada orang-orang bahwa kita bahagia, justru artinya kita belum bahagia. Kebahagiaan adalah ketika kita mampu berdamai dengan segalanya tanpa adanya keinginan untuk membuktikan apapun kepada orang lain.

Di Islam sendiri jelas bahwa menjalin hubungan dengan pasangan harus didasari oleh niat yang suci dan pondasi agama yang kuat. Menikah adalah ibadah terlama dengan pasangan yang sepadan untuk sama-sama menggapai ridho Allah, bukan ridho manusia. 
Tidak boleh untuk balas dendam, ajang pamer, mencari kekayaan harta ataupun cari muka (kehormatan/kemuliaan) di hadapan manusia. 

4. Kita bisa menjadi orang yang boros dan cenderung pamer.
Kita beli mobil mewah, bangun rumah seperti istana, koleksi barang mahal, menghabiskan jutaan rupiah untuk makan atau mentraktir orang-orang yang mampu (bukan fakir miskin), menggelar resepsi mewah dll demi gengsi, demi diakui dan dinilai baik dalam standar manusia (kaya, tajir, sultan, crazy rich, sukses, dermawan dll) terutama oleh mereka yang pernah memandang rendah atau meremehkan kita. Padahal kita gak butuh semua itu dan kita tidak sepenting itu bagi kehidupan orang lain. Harta adalah amanah, titipan Allah yang Maha Kaya. Allah mau menguji kita dengan harta yang secuil itu, kita itu bisa amanah atau enggak sebagai hambaNya dan umat nabi Muhammad. Kita bisa pakai harta itu untuk ibadah yang diridhoi olehNya atau malah memakainya untuk hal-hal gak jelas bin gak penting untuk mendapatkan ridho manusia.

Jangan sampe kita nyesel di yaumul hisab nanti cuma gara-gara ingin membuktikan diri ke orang-orang yang gak bisa menghargai kita guys. Gak usahlah bli barang-barang branded yang harganya selangit apalagi sampe kredit-kredit demi mengesankan orang lain. Bli barang sesuai kemampuan dan kebutuhan aja, gak harus yang mewah yang penting bisa berfungsi dengan baik. Harga diri kita tidak ditentukan dari harga barang yang kita beli, kita gunakan, atau kita miliki di dunia untuk sementara waktu. Jangan buang-buang uang untuk mendapatkan penghargaan lebih dari kaum materialistik yang menilai sesama hanya dari hal-hal yang superficial guys, rugi. Batasi juga pergaulan dengan mereka, jangan jadikan idola apalagi teman akrab dan pasangan hidup. Jagalah pergaulan, pilih yang senantiasa mengingatkan dan mendekatkan kita kepada Allah, karena circle terdekat kita sangat menentukan surga dan neraka kita

Saya setuju dengan pendapat Ustazah Halimah Alaydrus yang mengatakan bahwa, "Bagian penting dalam memperbaiki diri adalah pergaulan, tinggalkan teman yang berpengaruh buruk bagimu dan jangan takut kesepian. Selagi kamu baik, kamu akan dipertemukan dengan orang-orang baik."



Kaya yang sebenarnya adalah kaya hati. Siapakah orang yang paling kaya itu? Mereka adalah orang-orang yang ridho kepada Allah, menerima segala bentuk pemberian Allah dengan senang hati sehingga hatinya selalu merasa cukup dan penuh syukur, tidak pernah iri dengan nikmat orang lain.

5. Membuat kita overthinking dan gelisah.
Kita overthinking dan gelisah karena terlalu memikirkan bagaimana penilaian orang lain terhadap kita, kita takut mengecewakan atau takut dinilai jelek oleh mereka. Jika ada orang lain yang tidak menyukai kita, tidak menghargai kita atau memberikan kita penilaian yang negatif, maka kita bisa merasa sangat terganggu, kepikiran terus-menerus bahkan sampai down karena penilaian orang lain begitu penting bagi kita. Padahal, bukankah dipuji atau dihina itu sama saja? Hal itu tidak mendefinisikan siapa kita. Hanya Allah yang benar-benar mengenal siapa kita, mengetahui bagaimana keadaan kita, mengapa kita begini dan begitu. Setulus dan selurus apapun niat kita, belum tentu kita selamat dari prasangka buruk orang lain. Penilaian orang lain adalah sesuatu yang berada di luar kendali kita. Jadi supaya hidup kita tenang, cukuplah kita fokuskan perhatian kita pada hal-hal yang dapat kita kendalikan aja.

Kata leluhur saya, resep hidup tenang dan berumur panjang adalah tutup mata, tutup telinga dan tutup mulut, maksudnya tutup dari segala hal yang buruk-buruk dan bisa menimbulkan keburukan. Apa yang kita lihat dan kita dengar gak selalu pantas untuk kita pikirkan dan kita rasakan. Kita juga harus tutup mulut dari segala perkara yang haram. Jangan pernah coba-coba untuk memasukkan sesuatu yang jelas-jelas haram dengan alasan apapun. Jangan pernah coba, walaupun hanya sekali seumur hidup. Sekali kita mencoba, belum tentu kita bisa berhenti dan balik arah.

Kita harus tegas dengan hal haram guys, jangan ijinkan mereka untuk masuk ke dalam tubuh dan menodai kesucian energi kita. Kenapa yang keluar dari mulut kita adalah hal yang buruk padahal kita sudah menjaga apa yang masuk ke mulut kita dengan begitu ketat? Nah, berarti mata dan telinga kita kecolongan guys, sehingga kotoran itu bisa masuk ke dalam pikiran dan hati kita, mencemari kesucian energi kita sehingga output-nya pun kotor pula.

Apa yang jelek-jelek bagi mulut, mata dan telinga, skip aja guys, tinggalin guys. Jangan di masukin ke pikiran dan ke hati. Kalau sudah terlanjur masuk, ayok kita bersih-bersih, ganti dengan yang baik-baik. Perbanyak istighfar dan puasa.

6. Amal baik kita yang sebesar gunung bisa hancur karena beramal atas dasar kesombongan, ingin dipuji oleh manusia.
Okelah kita posting ini itu untuk berbagi inspirasi dan mengajak orang-orang pada kebaikan, tapi jangan lupakan satu hal guys, amal baik kita yang tersembunyi dari orang-orang harus jauh lebih banyak dan lebih sering.



Nah walaupun kita banyak dan sering melakukan ibadah yang tersembunyi atau diam-diam tanpa sepengetahuan manusia lainnya, kita tidak riya, kita tidak boleh berbangga diri atas kebaikan yang kita lakukan walaupun hanya di dalam hati. Jangan ngaku-ngaku atau merasa bahwa "akulah" yang berjasa. Sadari aja bahwa kebaikan yang kita lakukan itu bukan karena "aku," tapi atas izin Allah. Allah lah yang menunjukkan kita kepada kebaikan dan Allah lah yang memampukan kita untuk berbuat baik. Sebab, semuanya kepunyaan Allah dan Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. La haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim, tiada daya dan upaya tanpa izin Allah.

7. Kita sulit menjadi orang yang ikhlas dan berbuat baik di kala sendiri.
Karena maunya dinilai bagus oleh orang lain, jadi ketika gak ada orang lain yang memerhatikan atau mengawasi kita, kita fina-fine aja berbuat gak baik. Jangan begini guys, jangan mengkhianati kesaksian diri sendiri. Sebenarnya juga kan kita gak pernah benar-benar sendiri, setiap harinya kita selalu diawasi oleh Tuhan, para malaikat, jin, para leluhur dan lain sebagainya yang tidak kita ketahui. Mereka melihat kita, tapi kita tidak melihat mereka. Kalau kita jadi rajin ibadah karena dipuji atau ingin mendapatkan pujian itu hati-hati guys, bisa jadi itu pertanda bahwa kita tidak ikhlas karena Allah melainkan mencari ridho manusia alias riya. 

8. Sulit Istiqomah dalam berhijrah.
Ketika naksir dengan orang lain misalkan yang agamis, kita akan berusaha untuk masuk ke dunia yang sama. Kalau kita menjadikan hal fana sebagai tujuan utama, maka hijrah kita juga bakal fana guys. Hal itu terbukti ketika kita gak jadi sama dia, kita balik lagi ke tabiat buruk kita, bahkan jadi jauh lebih parah karena kita merasa kecewa dengan Tuhan yang gak jadiin kita sama dia. 

Naudzubillah min dzalik

9. Membuat kita menjadi pengecut atau setan bisu.
Orang-orang yang lalai cenderung marah dan menolak untuk diingatkan. Tak jarang mereka melabeli kita "sok suci" atau menyindir begini "iya deh yang paling bener, yang gak pernah bikin dosa" dll. Padahal kita sangat peduli dengan masa depan mereka.
Padahal kita hanya mengatakan hal-hal sederhana dengan nada santai, misalnya ketika mereka menghibahkan teman sendiri kita mengatakan begini, "Yaudahlah sih, setiap orang punya plus minus. Dia juga kan banyak baiknya."

Sederhana, tapi bisa membuatnya begitu murka.

Reaksi yang seperti itu secara terus-menerus, lama kelamaan bisa membuat kita menjadi malas untuk berkomentar, lebih-lebih mengingatkan orang lain pada kebaikan.

Nah, daripada mendapatkan label yang tidak enak seperti sok suci, polisi moral dll juga kehilangan teman dan kenalan potensial, kita akan cenderung diam ketika melihat mereka melakukan berbagai kemaksiatan. Padahal suatu hari kita akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang kita dengar dan apa yang kita lihat selama hidup di dunia.

Kalau kita takut pada respon mereka, kita akan menjadi pengecut atau setan bisu dari kalangan manusia. Hendaknya apapun respon orang lain, kita tetap teguh menjalankan kewajiban kita sebagai manusia yang beriman. Urusan bagaimana respon mereka itu bukan urusan kita, yang penting kita telah melaksanakan kewajiban kita untuk mengingatkan sesama. 

Ridho terhadap kemaksiatan adalah kemaksiatan. Jika kita mewajarkan kemaksiatan yang ada, artinya kita juga bermaksiat, artinya kita tidak peduli dengan nasib kita sendiri dan orang-orang yang kita sayangi. Memaklumi kemaksiatan bukan tanda bahwa kita pengertian dan toleran, melainkan tanda bahwa kita cuek dan jahat.



---

Ini bukan opini pribadi saya, tapi juga didasarkan pengakuan dari orang lain yang menganggap penting penilaian manusia. Sudah waktunya kita menyudahi segala drama gak penting ini guys, hidup demi ridho Allah aja supaya hidup kita damai dan selamat dunia akhirat.