Thursday, 18 July 2024

The Highest Pleasure

Coba kita perhatikan apa yang dilakukan oleh para konglomerat ketika mereka sudah sukses membangun bisnis dan mendapatkan banyak uang.
Ya, mereka berbagi. Berbagi apa saja termasuk ilmu. Ada yang membuka seminar atau kelas berbayar, katakanlah setiap pendaftar perlu membayar sejuta rupiah. Dari 500 pendaftar saja mereka sudah dapat mengumpulkan 500 juta rupiah. Jika mereka mengadakan beberapa kali seminar, berapa keuntungan yang terkumpul? Ya tentunya milyaran. 10 kali seminar saja sudah 5M. 
Iya, 10 kali speak up, 10 kali kita mengajar di depan publik yang isinya 500 peserta saja kita sudah bisa mendapatkan 5M. Bagaimana jika pesertanya banyak dan seminarnya sering? Tinggal dikalikan saja keuntungannya. Walaupun itu penghasilan kotor tetap saja penghasilan bersihnya masih besar.

Tapi kalau kita tanya-tanya atau kita dengar pengakuan mereka, uang segitu tentunya means nothing to them. Belasan tahun yang lalu, kalau gak salah itu di bukunya Pak Tung atau siapa gitu saya lupa, mereka pasang tarif utamanya bukan karena ingin mencari uang, melainkan supaya ilmu mereka bisa lebih dihargai, karena nature-nya manusia itu cenderung take things for granted, kurang bisa menghargai sesuatu yang diberikan secara cuma-cuma alias gratisan termasuk ilmu.

Pendek kata, bagi orang yang kaya harta dan kaya hati, harta bukanlah yang utama apalagi segala-galanya. Fokus mereka bukan lagi untuk mendapatkan, melainkan untuk memberi. Wong sudah punya, sudah auto pilot, pasive income-nya sudah mengalir dengan sendirinya, ngapain lagi masih nyari-nyari? 😅 Toh, kalau disimpan sendiri juga kan jadinya gak guna. Terlalu banyak untuk kita yang hidupnya hanya sebentar.

Mereka merasa senang bisa membantu sesama supaya berkehidupan lebih baik. Ketika mereka bisa membantu, ketika itulah mereka merasa hidup mereka berguna. Ketika uang dan ilmu yang mereka bagikan bisa membantu orang-orang untuk berkehidupan lebih baik, ketika itulah mereka merasa bahwa uang dan ilmu mereka itu berguna. Dengan berbagi, mereka merasa bahwa hidup mereka lebih bermakna. Pengakuan salah satu di antaranya ini: pengakuan David

Jika kita merasa hidup kita suram, hidup kita hampa, tidak berguna dan tidak bermakna, bisa jadi hal itu mengindikasikan bahwa kita belum banyak berkontribusi bagi kehidupan masyarakat. Jika kita ingin memiliki hidup yang lebih berguna, lebih bermakna dan lebih bahagia, kita bisa membantu orang-orang dengan membagikan apa yang kita miliki supaya mereka berkehidupan lebih baik, kita bisa menjadi lokomotif perubahan yang positif, kita bisa bekerja untuk menaikan level kesadaran dan frekuensi orang-orang. Semakin banyak orang yang bisa kita bantu, semakin besar pula kebahagiaan yang dapat kita rasakan. 

Saya merasakan apa yang David rasakan, salah satu kebahagiaan tertinggi saya adalah dapat berkontribusi aktif di masyarakat dengan berbagi apa yang dititipkan kepada saya supaya bisa membuat perubahan yang positif tanpa melupakan diri saya sendiri. Ya, melihat sesuatu yang tumbuh dan berkembang itu menyenangkan. Bekerja sesuai bakat dan minat itu menyenangkan. Apa keuntungannya?
1. Kita bisa mengerjakan apa yang kita sukai sekaligus mendapatkan bayaran.
2. Kita gak mudah merasa lelah dan merasa jemu melakukan pekerjaan kita karena kita memang menyukainya.
 3. Kita merasa senang karena bisa mengekspresikan diri kita secara otentik, gak perlu berpura-pura untuk menjadi orang lain.
4. Kita bisa bertemu dengan orang-orang yang serupa dengan kita lalu bermain bersama.
5. Kita merasa hidup lebih hidup.

Heidegger sendiri mengatakan bahwa hal yang membuat hidup kita jadi bermakna adalah keterlibatan aktif kita dengan yang lain di tengah-tengah dunia sebagai pribadi yang otentik. John Dewey dan Ki Hajar Dewantara pun mengatakan bahwa dalam kehidupan demokrasi kita memang perlu berpartisipasi aktif sesuai dengan bakat dan minat kita. Supaya kehidupan demokrasi berjalan dengan lancar dan menyenangkan, orang-orang memang perlu mengenal diri sendiri dan bekerja sesuai jalan/dao/bakat alaminya. 

Kalau rejeki kita seret atau sulit sukses, coba tanyakan hal ini kepada diri kita sendiri...
Apa niat saya bekerja sudah benar?
Untuk siapa saya bekerja?
Apakah cara kerja saya sudah benar?
Apakah bidang pekerjaan yang saya ambil sudah tepat?
Apakah bidang yang saya ambil sesuai dengan bakat dan potensi saya?
Apakah pekerjaan yang saya lakukan membuat hidup saya bahagia dan bermakna?
Apakah Tuhan ridha dengan pekerjaan yang saya lakukan? 
Bagaimana jika saya mati ketika melakukan pekerjaan ini?
Apa yang akan saya lakukan dengan harta saya nantinya? Apakah saya bisa amanah dengan semua itu?

InsyaAllah kalau niat, cara dan bidang yang kita ambil tepat dan gak bertentangan dengan kehendakNya, pasti jalan kita akan dipermudah dan kita akan menjadi sangat sukses di kemudian hari.