Akan tetapi, saya kok gak tertarik, ya?
Atau belum? 😁
Padahal, banyak fully funded scholarship tanpa persyaratan LoA, minimal IPK dan batasan usia lho.
Gak menutup kemungkinan jika saya nanti akan study abroad atau kerja di luar negeri jika hal tersebut diperlukan.
Btw, saya suka tuh penawaran bantuan tanpa regulasi yang ribet alias gak kebanyakan syarat, yang memudahkan orang lain untuk maju dan berkembang.
Orang cerdas itu bisa membuat segala hal yang rumit menjadi sederhana, dan orang baik itu gak akan mempersulit urusan orang lain.
Menurut saya, pembatasan usia untuk memperoleh beasiswa dan berkarir itu pemikiran konyol. Selama orang itu sehat dan mampu, saya rasa, selama itu juga dia berhak untuk diberikan kesempatan. Jangan apa-apa diberi batasan maksimal usia 35 tahunlah, ini dampaknya gak main-main lho bagi masa depan sesama. Salah satu dampak negatifnya yaitu orang-orang yang usianya sudah 35 tahun ke atas bisa jadi hopeless alias mati sebelum waktunya. Mereka jadi gak berani lagi untuk bermimpi dan mencoba hal baru di lingkungan baru yang bisa jadi lebih sesuai dengan passion dia, prinsip dia, lebih positif dan bisa membuat dia berkembang dengan pesat. Gara-gara pembatasan usia, orang-orang banyak yang mengobankan hidupnya untuk menjadi PNS atau karyawan swasta yang sebenarnya gak membuat mereka merasa bahagia. Hanya untuk bertahan hidup aja. Apa yang mau diharapkan dari orang yang bekerja di suatu tempat karena terpaksa, cari aman dan takut dipecat?
Untuk saat ini, saya mikir, kalau hanya untuk mampir sebentar masih okelah ke luar negeri. Asal bukan untuk selamanya.
Saya suka lho punya banyak teman yang berbeda untuk memperluas koneksi, perspektif dan pengalaman hidup saya. Bisa tuh mereka saya ajak kolaborasi untuk bisnis ekspor-impor.
Di antara banyaknya alasan, beberapa faktor yang membuat saya enggan menetap di luar negeri adalah masalah makanan, ibadah, dan rasismenya. Kalau di Indonesia itu kan, kita bisa memperoleh aneka makanan organik yang segar, murah, lezat, halal dan sehat bergizi dengan sangat mudah. Mau sholat juga gampang karena mayoritas atau sekitar 80% penduduk di sini beragama Islam, masjid dan musholla bertebaran dimana-mana. Di berbagai ruas jalan besar maupun kecil, di berbagai bangunan.
Gak hanya di pusat perbelanjaan, di tempat-tempat makan atau wisata, di kantor-kantor pun disediakan tempat sholat. Diberi waktu untuk ishoma atau solat lima waktu juga.
Untuk menetap, saat ini sih saya maunya menetap di Indonesia, berpindah dari satu kota ke kota lainnya masih okelah. Saya sudah minta AI untuk kasih 20 rekomendasi kota terbaik untuk merantau ditinjau dari tingkat keamanan, kenyamanan, infrastruktur dan fasilitas, keindahan alam dan peluang kerja/potensi daerahnya untuk memberikan keuntungan finansial.
Kota-kota tersebut antara lain adalah Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Bali, Makassar, Medan, Malang, Balikpapan, Mataram, Cirebon, Kediri, Solo, Batam, Palembang, Pekanbaru, Magelang, Padang, Pontianak dan Banda Aceh. Enam di antaranya sudah saya singgahi, 14 lagi belum 😁. Mau ngebolang bareng? Yuk. Saya pengen banget sih ke Kalimantan Timur dan Batam. Soon lah.
Well, saya sangat mencintai Indonesia, apa pun keadaannya. Kakek saya juga dulunya adalah pejuang kemerdekaan RI, dan perjuangan beliau tidak akan saya sia-siakan begitu saja. Saya akan melanjutkan perjuangannya. Saya mau membantu negara yang kaya raya dan indah laksana surga ini untuk terus maju, semampu saya.
Saya mau membantu para WNI untuk maju dalam segala aspek kehidupan.
Di saat seperti ini, dimana kita hidup tanpa batasan yang berarti untuk terkoneksi satu sama lain, saya rasa kita tidak perlu ke mana-mana untuk bisa belajar dan mengerjakan banyak hal yang luar biasa. We can do it online or remotely. Tanpa harus pergi ke luar negeri, kita bisa kok belajar tentang apa pun dari siapa pun, dan kita juga bisa menghasilkan dollar dari sini.
Indonesia terlalu indah dan terlalu berjasa untuk ditinggalkan, I love you, Indonesia.
Jaman dulu kan Indonesia sempat didatangi oleh orang-orang dari luar negri karena menjadi pusat belajar, sekarang kok kebalik ya? Gara-gara apa nih? Hehehe.
Kalian bisa bayangin gak sih apa yang akan terjadi sama negara kita jika orang-orang yang potensialnya memilih untuk meninggalkan Indonesia dan menetap di luar negeri? Padahal, kakek nenek kita dulu berani mempertaruhkan nyawa mereka loh untuk memperjuangkan kemerdekaan dan memajukan negara ini.
Kalian bisa bayangin gak sih apa yang akan terjadi sama negara kita jika orang-orang yang potensialnya memilih untuk meninggalkan Indonesia dan menetap di luar negeri? Padahal, kakek nenek kita dulu berani mempertaruhkan nyawa mereka loh untuk memperjuangkan kemerdekaan dan memajukan negara ini.
Ibu saya, perempuan bershio ular yang sama-sama gemini seperti Soekarno, pernah mengingatkan begini, "Kata Soekarno, daripada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri."
Saya mendengar kata-kata itu ketika saya masih kecil, tapi saya masih mengingatnya dengan baik sampai sekarang.
Akhir kata, saya ingin mengatakan bahwa, jika ada masalah, kita bisa kok menghadapinya selama kita masih bersama-sama, seperti lagunya Diana Ross "If We Hold on Together". Selain itu, tanda bahwa kita bersyukur dan amanah dengan apa yang Tuhan titipkan kepada kita adalah kita bisa menjaga dan memanfaatkannya dengan bijaksana.
Jangan pernah pesimis teman-teman, karena pesimisme adalah kunci menuju kehancuran. Hanya orang-orang idealis yang mau memanifestasikan idealismenya tanpa kenal lelahlah yang mampu untuk mengubah realitas, mewujudkan keadaan masyarakat yang lebih baik.
Coba kita lihat Cina. Selain sangat efisien dan sistematis, Cina bisa semaju itu karena ada orang-orang nasionalis-filantropis seperti Ma Huateng, salah satu founder perusahaan IT terkemuka dan terkaya di dunia, Tencent Holdings. Dorongan hati Ma Huateng layak untuk kita tiru, dia mau membantu banyak orang terutama dalam negeri, setelah itu, sebagian labanya dia sisihkan dan sumbangkan kembali untuk kesejahteraan hidup mereka.
Begitulah teman-teman, dari seorang nasionalis-filantropis seperti Ma Huateng yang tenang, gak banyak bicara, gak banyak tingkah dan kurang menyukai sorotan kamera itu kita belajar bahwa jika sejak awal niat kita baik, cara yang akan kita tempuh akan baik dan hasil yang akan kita peroleh juga akan kita gunakan untuk kebaikan.
Gak peduli sesukses apa pun dan sebanyak apa pun harta kita, hal itu gak akan menjadikan kita sombong dan lupa diri.