Be Mindful of Your Impact

Dulu saya berpikir untuk cari uang yang banyak bersama pasangan supaya bisa melakukan banyak kebaikan. 

Semakin ke sini, saya menyadari bahwa kita tidak perlu menunggu untuk melakukan banyak kebaikan. Kenapa harus menunggu pasangan kalau kita bisa melakukannya sendiri?

Semakin ke sini, saya juga menyadari bahwa kita bisa melakukan banyak kebaikan tanpa harus memiliki banyak uang. Terlebih jika kita bukanlah orang yang materialistik.

Bagaimana caranya melakukan banyak kebaikan tanpa mengeluarkan uang sementara dalam mewujudkan rencana yang baik kita memerlukan uang? 

Kita bisa menggerakkan orang-orang yang punya banyak uang dan hidup hatinya untuk bersedekah dengan uangnya. Pertanyaannya, mungkinkah menggerakkan orang-orang jika kita tidak memiliki pengaruh? Sulit. Orang lain cenderung mendengarkan perkataan atau himbauan dari orang yang dia percaya dan memiliki relasi yang baik dengannya.

Sebagai orang tua, guru, dosen, tokoh masyarakat dll yang dipercaya dan memiliki hubungan baik dengan orang lain, kita bisa melakukannya. Jangan sia-siakan kesempatan tersebut selagi kita masih hidup. Jangan pernah lelah dalam mengingatkan orang lain untuk melakukan kebaikan. Jadilah seperti purnama yang bersinar penuh di tengah kegelapan walaupun sendirian.

Angel Numbers

Tanpa sengaja, saya sering sekali melihat angka kembar, sehari berkali-kali. Misalkan screen hp mati, pas saya pencet, angkanya kembar terus. Entah 0505, 0101, 0707, 0808, 1001, 1010, 1212, 1222, 1313, 1331, 1333, 1414, 1441, 1444, 1551, 1616, 0000, 1818, 1919, 2222, 1111, 444, 555, 777, 2002, 2112, 2121, 2233, 2255 dll...  

Bukan hanya itu, pada plat kendaraan juga saya sering sekali nemuin angka kembar berturut-turut sepanjang jalan setiap hari, di antara yang paling sering bahkan hampir setiap hari belakangan ini walaupun beda kendaraan yaitu 777. Sering juga 888, 999, 9898, 5555. Yang lainnya itu random, bisa 5454, 2828, 1717, 4334, 8686 dll.. 

Di mana-mana pokoke ada lah.

Barusan, jam 7 malam tadi saya lihat angka ini di meteran motor saya. Karena angkanya bagus, saya menepi sebentar untuk ambil foto, hehehe.

Angka kembar ini juga sering muncul waktu klik hp, hari ini pun begitu.

Tabur Tuai

Dari tanah kembali ke tanah.

Apa yang kita lakukan akan kembali ke kita, supaya kita bisa merasakan dan menyadari diri sendiri.

Ketika kita mengalami hal yang tidak mengenakkan, haruskah kita marah?

Bisa jadi kita sedang menuai apa yang pernah kita tabur.

Coba saja ingat-ingat, pernahkah kita membuat pengalaman tidak mengenakkan bagi yang lain?

Jika iya, terima saja.

Tidak perlu mengeluh apalagi marah pada diri sendiri yang tercermin pada yang lain.

Gagal Paham

Ketika ingin dipahami, kita lupa untuk memahami.

Memahami bahwa yang lain juga ingin dipahami dan memiliki beban yang sama beratnya.

Pernahkah kita berpikir, mungkinkah mereka menjadi kita sedetik saja?

Dan sebaliknya?

Ya, mustahil.

Takkan ada seorang pun yang bisa merasakan apa yang kita rasakan, mengalami apa yang kita alami, memikirkan apa yang kita pikirkan, menghadapi apa yang kita hadapi.

Hidup seseorang tidak bisa diwakilkan.

Jadi, wajar saja jika kita tidak benar-benar saling memahami walaupun kita hidup bersama selama ribuan tahun.

Tuhan kita satu, jiwa kita satu, tapi perjalanan dan sepatu kita berbeda.

Lagipula, tak semua hal bisa kita bahasakan dan perlu diutarakan.

Menuntut orang lain untuk memahami kita seutuhnya adalah hal konyol, marah karena mereka gagal memahami kita seutuhnya lebih konyol lagi.

Tak apa jika tak ada satupun manusia yang benar-benar memahami kita. Itu adalah takdir, sebuah kewajaran yang perlu kita terima.

Satu-satunya yang mampu memahami kita seutuhnya hanyalah Tuhan, bahkan jauh melebihi diri kita sendiri.

Tak seharusnya kita membebankan hal mustahil itu kepada orang lain, lantas terus-terusan merasa kecewa dan sakit hati kepada mereka akibat ekspektasi berlebihan yang kita buat sendiri.

Apa pun yang terjadi dalam kehidupan kita adalah yang terbaik.

Ketika terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, apakah artinya Tuhan tidak memahami kita?

Tuhan yang gagal memahami kita, atau kitanya saja yang terlalu rewel dan banyak menuntut?

Insya Allah, Kun Fayakun

Sering kali kita menyepelekan sesuatu dan menganggap bahwa kita memiliki kuasa atas sesuatu dengan sesumbar "Kalau saya mau juga saya bisa."

Misalnya, dalam hal rejeki.

Namun kenyataannya?

Nasib memperlihatkan cacatnya pikiran kita.

Menampar tepat di wajah, menyadarkan betapa pongahnya pernyataan tersebut.

Kita lupa bahwa Dia-lah yang berkuasa, Dia-lah yang menentukan. Bukan kita.

Kita merasa bisa menentukan rejeki kita.

Nyatanya? Rejeki tak tergantung gelar, fisik, relasi maupun nasab.

Nyatanya? Usaha tak selalu lancar.

Nyatanya? Niat tak selalu mulus.

La haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil azhimi.

Namun, ada kalanya juga rejeki datang dari arah yang tak disangka-sangka.

Walaupun kita berpikir tidak mungkin, tiada yang mustahil jika Dia berkehendak.

Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu.