Wednesday, 24 January 2024

Memang iya musik haram?

Saya gak tahu pasti ya gimana hukum tentang musik. Saya termasuk penikmat musik yang pasif. Maksudnya, gak begitu sering dengar musik setiap hari dengan sengaja. Paling dengerin musik hanya sesekali di saat berolahraga atau sedang fokus untuk menyelesaikan pekerjaan di ruangan yang bising.

Tipe musik yang enak itu seperti suara alam (suara sungai mengalir, suara air terjun, suara hutan, suara hujan dan gemuruh guntur dll), violin cover, Chinese folk music, Celtic music, lagu-lagu intrumental dari komposer jenius seperti Joe Hisaishi dan Yuki Kajiura juga enak. Masterpiece dari Yuki saya rasa yang judulnya I talk to the rain, wah itu enak banget sih. Musik klasik dari Mozart, Chopin, Beethoven dkk juga lumayan enak. Yang benar-benar suka dengan musik klasik semacam itu papa saya, dia juga suka lagu-lagu instrumental dari alat musik tradisional yang lokal, kalau saya lebih universal. Bunyi alat-alat musik tradisional jadul itu enak, erhu atau guzheng misalnya. Adik dan sepupu saya komentar selera musik saya tuh seperti orang yang hidup ribuan tahun lalu, bahkan lebih tua dari eyangnya eyang saat mereka dengar saya memutar lagu-lagu intrumental dari TangYin band atau lagu The Myth theme song-nya Endless Love. Katanya itu seperti lagu yang didengerin engkoh-engkoh tua dengan baju, sendal dan kipas tradisional yang lagi bersantai di siang hari setelah lelah bertani di dipan sederhana yang ada kolam dengan pancuran bambu yang bunyi "tuk" setelah penuh dan sampai bawah.

Kalau suara orang, salah satu yang oke menurut saya itu nyanyiannya Andrea Krux, iya, lagi-lagi musik tanpa lirik. Violinist? One of the best violinist jelas Lindsey Stirling dong. Waktu dengar lagunya yang berjudul Shadows dan Snow Waltz untuk pertama kalinya saya langsung jatuh hati. Zaman ngampus dulu saya suka nongkrong di pinggiran Danau Kenanga depan markas Teletubbies sore-sore buat dengerin orang-orang latihan violin di sana sama teman saya. Eh dia jadi beli violin dan latihan juga dong 😂. Pernah waktu di kelas philosophy of mind, senior saya nyamperin dan mainin lagu "Canon." Dalam hati, lah kok tahu

Balik lagi ke topik awal, memang iya musik haram? Wah, saya gak punya kapasitas yang memadai untuk membahas hal ini secara proper dari sudut pandang keilmuan. Dari pengalaman saya pribadi sih ya, ketika asik dengerin musik, saya jadi hanyut ke dalam musiknya. Lupa sama hal lain. Setelah dengerin musik itu efeknya ya kadang jadi terngiang-ngiang sama musiknya.

Ketika asik dengerin musik, waktu yang seharusnya bisa kita pakai untuk berzikir, sholawat dan ngafalin surat-surat Al Qur'an jadi berkurang. 
Rasanya sedih banget loh saat hafalan surat -surat pendek kita jadi berkurang dan kita malah lebih hafal melodi atau lirik lagu. 
Waktu jaman SD mah setiap hari kita tadarusan ya jadi hafalannya tetap terjaga, sekarang mah aduh, banyak sekali distraksinya.

Jujur nih, ketimbang laki yang jago main alat musik atau nyanyi saya lebih suka yang jago ngaji dan banyak hafalannya. Daripada diajak ke konser musik, nyanyi bareng atau diajarin main alat musik, saya lebih tertarik untuk diajak ibadah bareng dan diajarin ngaji yang bener sesuai tajwid. Makanya sejak dulu saya biasa aja sama boyband atau musisi macem manapun juga. Di kala personil Tulu*, Pa*ung Te*uh, K* atau musisi lainnya bolak-balik atau bertengger beberapa cm di depan mata juga saya biasa aja walaupun megang kamera, sementara orang-orang lainnya pada jerat-jerit, minta tanda tangan atau minta foto bareng.

Buat saya musisi macem apapun itu sama aja seperti tukang martabak, perancang baju, penulis novel, pelukis, pemahat, atau profesi lainnya. Suka ya suka aja, gak perlu berlebihan apalagi sampai menjadi fanatik. I'm not a fan of something or someone, termasuk karya musik maupun musisi tertentu.

Saturday, 6 January 2024

Growing Old Gracefully

Banyak orang yang hidup dalam ketakutan, salah satunya takut tua.
Dalam pikiran banyak orang, tua itu mengerikan. 
Tapi apakah semengerikan itu? 

Bukankah menua itu alami dan tidak dapat dihindari? Toh, jika ditakutkan tidak akan mengubah apapun.

Saya malah berpikiran, semakin tua malah membuat kita semakin matang dan semakin kaya.
Takut kulit keriput?
Banyak tips kecantikan yang bisa kita terapkan, misalnya face yoga.
Adapun berbagai ramuan, vitamin atau skin care yang dapat kita gunakan.
Puasa, rutin olahraga, makan sehat, minum cukup, tidur cukup, stay positive juga bikin kita awet muda.

Saya pribadi sih gak mentingin chasing ya, walaupun saya sendiri merawat diri.
Selama karakter orang itu indah dan bikin nyaman, fisiknya mau seperti apapun gak masalah buat saya. Yes, I fall in love with soul, not faces or body.

Semakin tua juga kita semakin matang, semakin banyak ilmu dan pengalaman yang kita dapatkan.

Bagi saya, menua itu menyenangkan. Hal itupun tidak akan membuat saya berhenti belajar, saya suka sekali belajar banyak hal baru, terutama yang berkaitan dengan spiritualitas dan kesehatan. 

Belakangan ini saya sedang tertarik dengan teknik massage yang enak untuk healing sesuai titik akupuntur yang kita miliki. Langganannya siapa lagi kalau bukan teman saya. Kalau dia sakit, biasanya saya cukup memberi pijatan di titik-titik tertentu terutama di bagian kepala, punggung atau telapak kaki supaya dia merasa baikan. Bagian yang bermasalah itu terasa beda sekali loh ketika kita raba, biasanya akan terasa ada yang keras menggumpal atau tidak lancar di bagian itu.
Rasanya seru melihat orang yang tadinya sakit jadi merasa baikan setelah kita terapi kecil-kecilan dengan minyak kutus-kutus, hihihihi.