Friday, 16 May 2025

Dunia ini Ibarat Sekolah

Dunia ini ibarat sekolah. Selama kita masih hidup, artinya masih ada pelajaran yang belum kita ambil, masih ada ujian teori dan ujian praktek yang belum kita tuntasin.
Masih ada remedial yang menanti seandainya kita gak mudeng-mudeng dan gak lulus-lulus di pelajaran tertentu.

Sebenarnya, materi dan ujian manusia itu-itu aja. Ngulang-ngulang terus. Orang yang pinter bakal cepet nangkep pelajaran yang dikasih dan banyak belajar dari para alumni terdahulu baik yang sukses maupun yang gagal sehingga dia bisa lulus tanpa menemui kendala yang berarti, tanpa harus menjalani tes remedial lagi dan lagi. Makanya, di Islam, pentingnya belajar itu ditekankan banget.

Apa sih ujian yang sering kali bikin manusia gagal? Banyak. Di antaranya, ujian kesombongan. Sering kali manusia itu mandang bahwa dirinya sudah baik, padahal zonk. Pas dites, ujian teori dan prakteknya 0. Gak ada yang ceklis. Ya kita juga pernah kaya gitu kan pas SMA dulu? Ngerasanya sudah paham materi dan praktek bener, yakin bakal lulus ujian dengan nilai yang bagus. Gak tahunya harus remedial. LOL.

Supaya bisa lulus ujian kesembongan terutama kesombongan spiritual, kita harus sering-sering belajar, bergaul dan introspeksi. Jangan merasa sudah dekat dengan Tuhan padahal masih suka maksiat, masih lalai, masih pilih-pilih dalam ngikutin perintahNya dan ninggalin laranganNya. 

Di medsos saya acap kali nemuin orang-orang halu yang ngaku sudah dekat dengan Tuhan, ngaku-ngaku sudah terbang ke langit yang sangat tinggi. Dia bilang bentuk langit itu mengerucut dan bumi kelihatan sangat kecil. Bahkan hampir gak kelihatan lagi seperti debu.

😅

Yang begitu biasanya orang yang baru belajar tentang alam lahut, jabarut, malakut dan nasut. Entah dah dia beneran ke sana atau cuma halu sesuai imajinasi yang ada di otak dia aja tentang hal itu.

Bro sist, secara teori, yang dimaksud dengan langit tertinggi yang bisa dicapai oleh manusia dalam Islam itu adalah Surga Firdaus. Ciri-cirinya jelas kek mana. Buat ke sana, kita harus ngelakuin amalan penghuni Surga Firdaus secara konsisten. Ciri-ciri penghuninya tuh jelas kek mana, di antaranya benar-benar beriman, amanah, sholatnya khusyuk dan menjaga diri dari zina. In short, semua itu ada ilmunya. Ilmunya jelas dari Al Qur'an dan hadits. 

Ini... Sholat juga kagak. Lihat tuh sosmed, isinya aja masih aurat semua sama followers palsu. Mana masih pacaran lagi. Udah mencapai kesadaran Tuhan? Halu. Sayang? Sayang kok tega ngajak maksiat? Sayang kok tega jadi penyebab orang lain kena adzab? Sangat kontradiktif dan gak logis. Kalau ngambil kelas logikanya Pak Hayon pasti remed.
 
Sementara, orang lain ada yang benar-benar khusyuk sholatnya, benar-benar menjaga kesucian dirinya termasuk pandangannya supaya pasangannya gak sakit hati, sedekah sampe triliunan, mati-matian kerja keras untuk berangkatin haji orang tuanya, rawat ratusan ODGJ, memuliakan pasangannya, nyebarin ilmu dengan giat ke ribuan bahkan jutaan orang, bangun masjid, bangun banyak sekolah, bangun rumah sakit, bangun panti asuhan dan panti jompo, bikin hutan, beli tanah yang luas buat konservasi alam, dlsb. Tapi mereka santai aja, gak kegeeran. Bahkan, mereka merasa bahwa semua itu belum cukup baik. 

Sombong? Enggak. Mengharap pengakuan atau puji-pujian? Enggak. Karena mereka sadar, yang ngejaga mereka dari maksiat adalah Allah, sesuai doa setelah tahajud. Yang nunjukin diri ke jalan yang lurus juga Allah, sesuai surat Al Fatihah. Yang ngasih rezeki dan memampukan mereka untuk berbuat baik juga Allah. Mereka gak punya apa-apa, semuanya dari Allah. Mereka cuma menjalankan amanah Allah aja. Mereka pake rejeki/berkat Allah sesuai perintah Allah. Disuruh jaga pandangan ya jaga. Disuruh menyebarkan ilmu ya nyebarin. Disuruh jaga bumi/lingkungan hidup ya jaga. Disuruh sedekah ya sedekah. Disuruh berbakti ya berbakti dlsb. Nah, salah satu ciri penghuni Surga Firdaus ya itu tadi, orangnya amanah. Gak nyelewengin rezeki dari Allah untuk berbuat dosa, termasuk badan mereka sendiri pun mereka jaga dan gunakan sesuai amanah Allah.

Kita jangan merasa atau ngaku-ngaku kenal sama Allah selama kita masih gemar maksiat dan amal baik kita masih minus bangetlah, malu. 
Terus belajar dari sumber-sumber yang valid. Pelajari Al Qur'an, pelari hadits shahih, belajar dari ahlinya yang memang kredibel. Jangan belajar dari dukun berkedok kyai kampung yang suka ngilmu aneh-aneh. Kebal inilah, kebal itulah, bisa buka mata batin dan baca pikiran orang lah. Bisa jadi dia juga cuma dengerin bisikan jin.
Mending juga baca diri sendiri daripada baca pikiran orang lain biar lebih kenal diri dan kenal Allah. Baca Al Qur'an, hadits, hukum Islam, sejarah Islam dlsb jauh lebih berguna daripada bacain pikiran orang lain biar wawasan tentang kita luas dan terbuka, biar kita gak ber-IQ jongkok, biar kita gak jadi SDM bermutu rendah yang gak produktif.

Lagipula, pikiran orang lain adalah privasi orang itu. Gak usah kepo, gak usah lancang baca-baca rahasia orang lain tanpa ijin. Belajar hargai privasi dan boundaries orang lain. Jangan seenaknya nerapin ilmu terawang aneh-aneh bin gak penting. Belajar ilmu yang penting-penting aja, yang jelas berguna. Ilmu parenting kek biar bisa jadi orang tua yang bertanggung jawab, botani kek, bioteknologi kek, kedokteran kek, teknologi kek. Biar bisa nolong banyak orang, biar gak kesulitan cari uang dan gampang handle masalah. Biar negeri kita ini maju, bisa menghasilkan hal-hal yang berguna dan bermutu tinggi untuk makhlukNya dalam sekala besar secara jangka panjang.


Terus introspeksi dan perbaiki diri tanpa henti. Terus beramal baik sebanyak-banyaknya, seikhlas-ikhlasnya. Jangan merasa lebih baik atau sudah baik, jangan sok atau kegeeran. Tetap Istiqomah dan rendah hati.


Di akhirat nanti yang akan memberi kesaksian adalah amalan kita, aksi nyata kita di dunia nyata untuk diri sendiri dan sesama. Jangan cuma merasa sudah sadar atau sudah dekat dengan Tuhan tapi aksinya nihil, amalan baiknya di dunia nyata gak ada bahkan minus.
Waktu ditanya siapa Tuhanmu kita gak bisa jawab.
Waktu ditanya siapa nabimu kita gak bisa jawab.
Waktu ditanya apa kitabmu juga kita gak bisa jawab.
Karena apa? Karena selama hidupnya hanya menuhankan dan mengikuti ego.
Gak berpedoman pada Al Qur'an dan hadits tapi ngikutin kehendak, pemikiran dan perasaan sendiri. Hidup semau gue, suka-suka gue. Yang penting gue suka, enak, seneng, sehat, aman, damai, nyaman dan selamat sendiri. Yang lain lalai, bodoh, sakit, menderita, kelaparan, butuh bantuan dll gue bodo amat padahal gue bisa bantu dan diberi amanah lebih berupa kecerdasan atau apa pun itu.
Naudzubillah min dzalik.

Kita gak pantes sok tahu, sok tinggi atau sok alim dengan menghakimi bahwa orang lain belum sampai di level kita atau gak selevel sama kita. Kelebihan itu adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan, bukan alasan untuk menyombongkan diri dan merendahkan yang lain. Kalau kita merasa lebih sadar ya doakanlah yang belum, edukasilah orang-orang dengan cara yang bisa diterima oleh masyarakat. Lagipula, selama hidup, identitas kita itu belum final.
Bisa jadi mereka yang kita pandang rendah, kita pandang hina atau gak level itu punya banyak kebaikan yang kita gak tahu. 
Kalau pun dia sering maksiat saat ini, roda itu muter. Bisa jadi dia jauh lebih baik daripada kita, sementara kita jadi jauh lebih parah daripada dia supaya kita berhenti maksiat batin, gak belagu lagi. Naudzubillah min dzalik.

Yang bisa nilai level kita di mana itu cuma Allah. Kita bakal ditempatkan sesuai dengan level kita masing-masing nanti, di akhirat. 
Di surga tertinggi atau di neraka terbawah itu cuma Allah yang bisa nilai dan mutusin sesuai hasil ujian kita. 
Di ujung akhirat nanti baru akan ketahuan level kita yang sebenarnya ada di mana. 

Gak penting kita keturunan siapa, punya apa, bisa apa atau diperlakukan oleh orang lain seperti apa. Gak penting kita bisa terbang, nembus tembok, teleport, jalan di air, kebal patokan ular berbisa, kebal bacokan, kebal api atau bisa makan beling yang gak ada gizinya itu. Yang penting itu bagaimana niat dan cara kita hidup. Kalau niat kita sejak awal adalah ridho Allah dan kita merahmati (mencintai dan memuliakan) semua ciptaan Allah termasuk diri sendiri, kita gak mungkin menempuh jalan atau cara-cara yang diharamkan olehNya. Kita gak mungkin kurang ajar, pake rezeki yang Allah kasih untuk bermaksiat sama Allah. Kita gak bakal kepikiran untuk menyakiti, mempermainkan, membodohi, membohongi, mengkhianati atau memperlakukan makhlukNya termasuk diri sendiri dengan buruk. Kepikiran aja kagak, apalagi ngelakuin beneran.

Saya sering kali ketemu keturunan bangsawan, ketemu orang yang punya banyak uang, usaha dan properti, ketemu orang yang bisa melakukan banyak hal tapi tingkah lakunya tidak mencerminkan apa yang mereka nilai dan rasakan tentang diri mereka sendiri. 
Nabi Muhammad SAW bilang, sebaik-baiknya manusia adalah yang paling baik akhlaknya, yang paling bermanfaat hidupnya.

Lah iya emang kita ke surga bukan karena amalan kita tapi karena keridhoan dan rahmat Allah. Pertanyaannya gini deh, gimana mungkin sih Allah ridho dan mau merahmati kita jika kitanya aja gak merahmati semua ciptaanNya termasuk diri kita sendiri secara nyata selama kita hidup di dunia?

Kan jelas bunyinya gini:


Sunday, 11 May 2025

Emang Kenapa Kalau Insecure? Merasa Insecure itu Pertanda Bagus

Kalian capek gak sih membohongi diri sendiri?
Capek gak sih pura-pura bahwa kalian gak punya masalah dan semuanya baik-baik aja? Padahal, ada masalah yang kalian pendam atau masih menggantung -- belum kalian selesaikan.

Misalnya, kalian sebenarnya insecure, tapi kalian pura-pura PD. Entah insecure karena kelebihan BB, postur kurang bagus, belum stabil secara finansial, dlsb.

Pertanyaan saya, alih-alih menyelesaikan segudang masalah yang membuat kita merasa insecure hingga ke akar-akarnya, kenapa kita malah pura-pura gak insecure atau menunjukkan hal yang sebaliknya?

Kalau kita tidak mengakui adanya masalah dan memilih untuk menyelesaikannya, malah menepis, menghindar, membohongi diri sendiri, atau pura-pura gak ada masalah... bukannya kita bakal insecure selamanya, ya?

Emang enak hidup dibayang-bayangi oleh masalah yang gak terselesaikan secara terus menerus?
Emang enak diteror rasa insecure selamanya?

Saya setuju sama omongannya si kocak Keanu waktu itu. Insecure itu penting, supaya kita bisa melakukan perbaikan diri. Kalau kita gak merasa insecure tapi cuek-cuek aja padahal sebenarnya kita punya masalah, keadaannya bakal lebih parah. 
Misalkan, kita merasa insecure punya gigi yang bolong dan berantakan. Rasa insecure di sini justru bagus untuk ngasih sinyal ke kita bahwa kita harus melakukan perbaikan diri. Sebelum masalahnya jadi tambah gawat dan jadi semakin sulit atau bahkan gak bisa diperbaiki.

In short, menurut saya merasa insecure itu wajar-wajar aja. Segala emosi itu ada manfaatnya buat kita. Coba terima dan dengerin aja dulu apa pesan yang hendak disampaikan oleh emosi kita itu.

Kalian insecure? Sama, saya juga punya beberapa hal yang bikin saya insecure kok. 
Tos dulu dong 🖐🏻
Saat ini, saya masih dan akan terus bekerja untuk mengatasi sumber insecure saya.

Entah itu masalah fisik (kelebihan lemak perut dan lengan), kurang ilmu, kurang pengalaman dll.

Ayo kita sama-sama selesaikan sumber insecure kita, yo. Sampai ke akar-akarnya, hingga tuntas. Supaya, hidup kita lebih secure dan lebih damai :)

Sunday, 27 April 2025

Jangan Selfish, Jadilah Pebisnis Walaupun Sudah Financial Independent

Suatu hari, ada lelaki paruh baya berkepala botak yang mengatakan bahwa kita tidak boleh menyia-nyiakan bakat kita supaya kita bisa mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak. Dia juga mengingatkan kita supaya kita jangan kepedean bakal masuk surga kalau bekal kita aja masih sedikit. 

Aw, berasa kegampar gak tuh?

Di lain waktu, tak ada angin, tak ada hujan, seorang kepala sekolah yang nampak awet muda dan bercincin berlian tiba-tiba mengatakan kepada saya bahwa saya harus kaya. Orang Islam harus kaya, katanya.

Beberapa waktu lalu, saya pun baca-baca lagi buku lama tulisan Theodora Lau berjudul "Horoskop China" . Di situ katanya karakter dan bakat alami saya itu cocok untuk menjadi pengusaha sukses yang tentu saja kaya raya. 

Wah, apakah ini adalah pesan semesta bahwa saya harus fokus menjadi pengusaha yang kaya raya?


Akan tetapi, di situ saya dibilang agak serakah. 

Kalau pengertian serakah di situ adalah mempunyai banyak sumber penghasilan, saya rasa itu bagus-bagus aja sih.
Bukannya kita memang perlu diversifikasi income, ya?
Hanya mengandalkan satu sumur doang kan rawan, apalagi cuma mengandalkan usaha dalam negri yang kompetisinya ketat dan bayarannya rupiah. Kena pukul inflasi bisa langsung tewas.

Saya sendiri pernah nulis bahwa memiliki banyak harta itu bagus, supaya kita bisa menolong banyak orang terutama diri kita sendiri dan keluarga kita baik di masa kini maupun di masa depan. Ini post-nya.

Saya berkali-kali menekankan bahwa punya banyak harta itu gak salah, selama kita zuhud.
Selama kita meletakkannya di tangan, bukan di hati.
Selama kita meniatkan dan menggunakannya di jalan Allah.
Selama kita menempatkannya sebagai alat, bukan tujuan.


Yang salah itu adalah ketika kita punya banyak harta tapi kita gak amanah, bukannya itu harta kita pake di jalan Allah malah kita pake di jalan iblis buat muasin ego pribadi. 
Yang begini gak boleh, ini selfish namanya. Nauzubillah min dzalik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik.


Kalau kita punya empati ya, kita bakal kerja dengan sepenuh hati untuk membantu diri sendiri maupun sesama (fakir miskin, Palestina, daerah tertinggal dll) sesuai perintah Allah. Bukannya malah menyia-nyiakan kemampuan dan kesempatan yang diberikan olehNya. 
Saya sih ingin masuk ke Surga Firdaus lewat pintu sedekah. Gak mau jadi orang kere atau orang selfish apalagi kombinasi keduanya. Naudzubillah min dzalik.

Buat kalian semua yang mikir atau bilang bahwa kalian bisa kaya banget asal mau, ayo buktikan. Jangan sia-siakan kemampuan kalian supaya kalian bisa lolos hisab dengan selamat nantinya. 
Gunakan bakat kalian, pake kekayaan kalian untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih aman, lebih damai dan lebih indah untuk semua makhlukNya. Jangan hanya berkhayal atau sesumbar aja. Kalau sekedar kata bukan aksi nyata, anak TK juga bisa.

Kalau kita memang cinta padaNya, hal itu harus bisa kita tunjukkan lewat aksi nyata. Gak cuma omong kosong atau sekedar merasa. Rasa tanpa bukti nyata itu cuma ilusi belaka. Cinta kita palsu. 
Kalau kita cinta padaNya, kita harus bisa menjadi perpanjangan tanganNya, harus bisa mencintai dan melayani semua makhlukNya dengan ikhlas karenaNya.

Buanglah mental dan karakter miskin yang gak berguna dan gak ada bagus-bagusnya itu jauh-jauh. 
Uang dan kekuasaan itu gak jahat. 
Nilai jahat itu gak inheren, gak melekat pada si objek.
Sifat keduanya itu netral, yang memberi nilai adalah kita.
Keduanya baik, asal niat dan cara pakenya baik.

Buat kalian yang otaknya jahat, masih miskin dan powerless aja niatnya udah gak bener, (misal, kalau kaya atau punya kuasa akan zina sama banyak orang, kawin sana kawin sini atau melakukan dosa-dosa lainnya), semoga kalian tetap miskin dan payah untuk selama-lamanya. 
Semoga semua orang selfish yang isi hati dan pikirannya gelap, hati nuraninya mati, tetap miskin dan gak punya power untuk selama-lamanya. 
Termasuk semua orang yang bisa-bisanya mikir bahwa lebih baik menyakiti daripada disakiti atau kalau kaya jadi nakal itu wajar. Pemikiran konyol, pemikiran iblis yang bisa membuat seseorang menjadi monster hidup seperti itu harus kita musnahkan dari muka Bumi. 2025 sudah saatnya kita mematahkan pikiran-pikiran konyol yang menjadi sumber kerusakan moral dan petaka di tengah masyarakat seperti itu.
Biar yang kaya dan punya kuasa para hamba Tuhan yang beriman dan amanah aja, bukan iblis yang gak punya otak dan gak punya hati.

Dalam Islam sendiri, orang yang paling tinggi derajatnya justru adalah mereka yang berilmu, banyak harta, dan menggunakan semua itu untuk membantu hidup banyak orang. Saya pernah tulis itu di sini

Nah, barusan saya denger shorts mantan presiden direktur BCA Jahja Setiaatmadja. Saya setuju banget nih sama kata-kata beliau. Bahwa, walaupun sudah financial independent, kita sebaiknya tetap mengembangkan usaha untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Buka usaha lagi dan lagi bukan berarti bahwa kita serakah, akan tetapi kita punya hati untuk membantu sebanyak mungkin orang untuk menyambung hidupnya dan keluarganya.

Di situ dia bilang gini:
"Mohon maaf ya, sudah dipublish jumlah saham saya di BCA ada berapa gitu ya. 34 Juta boleh itung dah itu ada berapa ratus M gitu ya. Kalau mau financial independent, wah saya dari dulu udah independent. Nikmatin aja dari bunga, dari SBN udah cukup gitu kan. Tapi NO, itu tidak wise. Anda selfish! Jujur aja nih. Sorry yang beraliran fire itu Anda adalah manusia-manusia selfish. Sorry ya, sorry ya. Saya cerita karena ada. Karena Anda hanya memimpikan individu. Coba kita lihat pengusaha-pengusaha besar, kalau mau retired, sudah dari dulu mereka retired. Mereka terus berbisnis, mereka dapat dividen. Kalau mau dibilang dapat naik first class, mau makan yang paling enak, itu nggak usah jadi konglomerat. Itu Anda orang kaya pun udah bisa gitu. 

Jadi buat mereka tuh that's enough, tetapi mereka tetap berbisnis untuk apa?
Create employment. Mereka bikin pabrik, mereka bikin tambang, mereka bikin usaha-usaha lain itu untuk create employment. Di negara kita ini, perlu employment untuk menciptakan buying power tadi. Kalau Anda mau membantu Indonesia, negara kita, Anda nasionalis, Anda akan berusaha. Anda sudah berkecukupan, bukan retired, Anda berbisnis, Anda create employment. Anda hire orang, Anda membantu, berapa ratus, berapa ribu atau berapa puluh minimal orang untuk makan. Karena kita masih negara yang belum GDP atau GNP per kapita. Kalau udah 50 ribu, forget it. Kita baru 4-5 ribu, masih kurang. Itu pun averaging, kan? Jadi yang masih di bawah itu banyak. 

Kalau Anda tergugah untuk menjadi nasionalis, bukan hanya pada saat kemerdekaan, Anda bisa menjadi nasionalis. Tapi saat ini, Anda justru kalau sudah merasa independent, bukan untuk retired. Untuk coba terus, coba hire orang, kasih makan orang, Anda betul-betul nasionalis sejati. Ya itu untuk yang fire tadi."

Akhir kata, saya ingin menutup post kali ini dengan mengutip kata-kata mutiara dari Boethius, "A man content to go to heaven alone will never go to heaven."

Tuesday, 15 April 2025

Jangan Mudah Terhasut Medsos

Sudah lama sekali saya gak buka TikTok. Entah terakhir tahun berapa.

Sekali liat posting galau, eh yang lewat itu mulu. Banyak yang patah hati, galau, gila sendiri, mencoba sembuh, sudah berdamai dengan diri sendiri. Macem-macemlah.

Temen-temen, saran saya, kalau ada masalah sama pasangan itu coba dikomunikasikan langsung sama pasangan deh. Berdua aja. Jangan libatkan siapa pun. Jangan pake perantara. Jangan dengerin orang-orang asing yang kalian lihat di media sosial manapun termasuk TikTok.

Seseorang pernah berkata, "Sering kali kita berburuk sangka, lalu terjebak dalam masalah yang sebenarnya tak perlu ada."

Masa lebih percaya kata-kata orang-orang asing daripada pasangan sendiri sih? 😅
Ngapain kita jalin hubungan sama seseorang kalau kita lebih dengerin dan lebih percaya sama omongan orang lain ketimbang dia? Aneh.

Masih ingat kisah Banyuwangi? Ya, gara-gara kehasut omongan orang, si cowo jadi mau ngebunuh istrinya sendiri. Daripada dibunuh, istrinya milih bunuh diri. Begitu istrinya mati dan terbukti gak bersalah, suaminya baru nyesel dan jadi gila.

Berkomunikasi langsung itu jauh lebih baik daripada berprasangka dan nyimpulin sendiri. Karena pada kenyataannya, manusia itu unik. Gak bisa digeneralisir. Kalau a, belum tentu b. Kalau b, belum tentu a. 

"Fakta cewek" dan "fakta cowok" itu pun hanyalah hasil observasi dari segelintir individu dengan latar belakang tertentu.

Kita gak bisa ngatur orang mau ngomong apa, tapi kita bisa ngatur respon kita terhadapnya.
Sebagai orang yang kritis, gak seharusnya kita gampang kebawa emosi dan dibuat overthinking oleh post-post galau yang kita temukan di sosial media.
Walaupun penuturnya terkenal, diksinya bagus, jalinan katanya indah, gambarnya dalem dan lagunya mendukung. Walaupun likes, repost, share, subscribers dan viewsnya banyak--jangan mudah terpengaruh. Hari gini, semua itu bisa diakalin atau dibeli. Banyak dukungan tapi palsu, gak tulus dari hati. Cuma sekedar transaksi bisnis atau transaksi sosial yang sifatnya simbiosis mutualisme aja.

Saya sendiri bisa ngebantah 80% apa yang disebut sebagai fakta perempuan di medsos, misal?

Post 1: "Perempuan selalu megang hp, kalau dia beneran suka, pasti dia excited buat kontak kamu dan menjadikan kamu prioritasnya."
Kenyataan: Gak semua perempuan begitu. Gak semua perempuan sibuk sama hp-nya seakan-akan gak punya kehidupan dan kerjaan di dunia nyata. Saya sendiri gak selalu megang hp. Dalam Islam, kita juga diminta untuk membatasi interaksi sama lawan jenis yang kita suka. Kalau gak penting ya gak usah. Malah, akan lebih baik kalau kita saling menjauh atau saling block daripada pacaran ketika perasaan kita sudah mulai sulit untuk dikendalikan. Lebih baik jaga jarak aman daripada ngomongin atau ngelakuin hal yang enak-enak tapi haram. Mending sibukin diri dengan olahraga, belajar, kerja dan networking. Komunikasi secara intensnya nanti, buat ngurusin pernikahan aja. Kalau mau gombal-gombalan, ngomongin topik dari A-Z di luar pernikahan, having fun bareng, nanti aja setelah nikah.

Jangan mau dikerjain sama iblis Al-A'war. Orang yang beneran cinta sama kita, gak mungkin mau ngajak dan diajak pacaran. Ngajaknya nikah, sesuai perintah Allah dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Ngajak nikah, artinya dia berani bersumpah di hadapan Tuhan seluruh alam dan umat manusia untuk menjaga orang yang dicintainya dengan hukum yang jelas. Dia rela dibakar di neraka jahanam seandainya dia melanggar sumpahnya. Bukan karena nafsu semata. Kalau mau muasin nafsu syahwat doang, sendiri atau sama siapa pun juga bisa, kapan pun dan di mana pun itu. Gak harus nikah. Bisa PMO, BO, atau pacaran. Nah, biasanya orang pada milih pacaran nih karena lebih aman dan lebih murah daripada BO, bisa kapan pun dan dimana pun. Apalagi kalau pasangannya udah berhasil dibuat bucin sama dia. Gak perlu effort, gak perlu minta, gak perlu ngode, orang bisa ngasih segalanya yang dia mau.


Jangan pernah mikir untuk muasin nafsu syahwat di luar pernikahan ya teman-teman, apalai sampe menodai orang lain, karena dampaknya bisa sangat buruk bagi dunia dan akhirat kita. 
Ada 10 golongan yang paling celaka ketika dibangkitkan di Padang Mahsyar nanti, salah satunya adalah para pelaku maksiat yang hidup dengan mengikuti nafsu syahwat. Nauzubillah min dzalik. Sumber: NU online.


Post 2: "Cewek yang menunjukkan kekurangannya berarti meminta kamu menjauh."
Kenyataan: Gak juga. Kalau kita jujur, artinya kita sudah berdamai dengan diri sendiri dan menghargai hak orang lain untuk mendapatkan kejujuran dari kita. Kalau dia mau pergi setelah mengetahui hal yang sebenarnya, terserah. Menjadi palsu atau menyembunyikan kejujuran supaya tetap dipertahankan atau disukai orang lain itu gak banget.

Post 3: "Bagi cewek, satu-satunya dunianya adalah cowoknya. Sementara cowok punya banyak dunia, seperti teman-teman, hobi dlsb."
Kenyataan: Gak semua perempuan mau dikuasai oleh perasaannya sendiri dan menjadi bucin. Sejak dulu, isi otak saya gak cuma cowok, tapi banyak hal lain yang menurut saya sangat menarik dan juga berguna. Saya punya banyak ketertarikan, hobi dan aktivitas yang seru di dunia nyata. I also having fun with my friends, coworkers and family. Hidup ini gak melulu soal cinta-cintaan. Sudah bukan anak SD yang baru puber.

Ngeladenin orang anxious yang punya trust issue dan maunya dibucinin terus itu melelahkan. Orang fokus kerja sampe lembur aja dikiranya chat atau ngelirik yang lain, terus sakit hati sama pikiran negatifnya sendiri. Padahal kan gak semua orang mau hp, isi otak dan hatinya berisik kaya pasar. 1 orang aja udah ribet, ngapain 2 atau lebih. Makanya kerja keras, biar paham bahwa orang bisa sibuk banget terutama di jam kerja. Kerja keras biar gak nganggur banget dan gak punya waktu buat suujon. Jangan suka bohong atau ngibul juga supaya gak nganggep orang lain pun pasti pembohong. At least jangan pake ukuran diri sendirilah buat nge-judge orang lain. Gak semua orang itu berpikir dan merasa seperti kita. Gak semua orang itu punya cara kerja dan tingkah laku seperti kita. Kalau kita suka bohong, orang lain belum tentu. Kalau kita mata keranjang, orang lain belum tentu. Kalau kita suka mainin perasaan orang lain, orang lain belum tentu.


Sorry to say nih ya, cuma orang kurang kerjaan aja yang sukanya tebar pesona, lirik sana sini, ladenin sana sini, punya banyak cadangan, insecure sendiri takut pasangannya kayak dia terus bikin-bikin jealous supaya pasangannya merasa takut ninggalin/kehilangan. Kalau kita sibuk, punya sense of direction, punya sense of urgency dan deadline yang jelas, kita gak bakal ada waktu buat ngelakuin atau ngeladenin hal-hal semacam ini lagi. Mending fokus membangun masa depan yang mapan dan memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat luas sama-sama sebelum kita menjadi semakin keriput, semakin beruban, semakin lemah, gampang lupa, gampang capek dan penyakitan. We can't stop aging, Dude. We can't. We just can slow it down.

Post 4: "Cewek kalau salah pasti over explaining."
Kenyataan: Kadang, orang rela over explaining buat meluruskan kesalahpahaman biar semuanya jelas dan gak ada drama akibat salah paham lagi. Emang mau ngedrama terus-terusan? Gak, kan? Kalau gak, makanya kelarin. Kalau akar permasalahan dari sebuah hubungan adalah kesalahpahaman, ya lurusin biar kita gak ngulang-ngulang drama yang sama seperti keledai. Orang kalau mau explain sesuatu itu, tandanya dia peduli dengan perasaan orang yang dia anggap penting. Dia mau kasih clarity, security dan comfort ke orang itu. Kalau dia gak peduli, dia bakal cuek aja. Cuma, yang sering terjadi adalah, ketika orang ngasih over explanation, dia bakal dikira ngibul atau cuma bikin-bikin alasan aja buat bela diri. Jadi, gak perlulah kita kasih penjelasan panjang lebar ke orang lain yang pada dasarnya hanya ingin mempercayai persepsinya sendiri. Gak guna. Buang waktu, buang energi.

Bukan cuma fakta cewek, banyak juga fakta cowok yang menurut saya tidak sesuai dengan orang-orang yang saya kenal.

Intinya kita harus kritislah dalam bermedia sosial. Jangan asal telen dan langsung baper. Someone said, "Only fools trust everyone without judging them. Wise people judge before trusting others."

Komunikasi terbaik adalah ketemuan langsung, komunikasi terburuk adalah tidak adanya komunikasi. Sibuk berprasangka sendiri, nafsirin sendiri, nyimpulin sendiri, sakit hati sendiri. Layaknya autis yang hidup di dunianya sendiri. 

Akhir kata, saya mau mengutip untaian kata-kata mutiara yang saya temukan di internet. "Without communication, there is no relationship. Without trust, there's no reason to continue. No relationship can prosper without communication. And you can't be the only one communicating."

Saturday, 8 February 2025

Want to Defeate or be Defeated by Lust?

Segalanya punya waktu, porsi dan tempatnya masing-masing termasuk hasrat seksual.
Berbeda dengan hewan, manusia mampu untuk mengendalikan hasrat seksualnya dengan sadar, tidak peduli bagaimanapun keadaannya maupun objek di luar dirinya.
Kemampuan pengendalian diri yang baik sangatlah penting untuk kita miliki agar kita tidak serta merta mengikuti hasrat seksual kita sebagaimana hewan yang tidak berakal budi dan tidak memiliki hati nurani.

Orang yang beriman hanya akan menyalurkan hasrat seksualnya bersama pasangan halalnya semata setelah ia menikah, dan ia tidak akan berlebihan atau mencari sesuatu di luar itu.

Pengendalian diri yang rendah akan membuat kita menjadi tercela dan celaka. Sebaliknya, pengendalian diri kita baik, akan membuat kita selamat dunia akhirat.

Bagaimana cara agar kita dapat mengendalikan diri dengan baik? Tentunya kita harus memiliki prinsip yang jelas, serta sikap yang tegas dan konsisten dalam mengamalkannya. Kita juga bisa berpuasa dan berdoa.

Pilihan kita hanya dua teman-teman, mau mengendalikan hawa nafsu atau dikendalikan oleh hawa nafsu. Pilihlah yang konsekuensinya kita inginkan, pilihlah yang resikonya siap untuk kita tanggung.

Wednesday, 5 February 2025

Segalanya Ada Waktunya

Saat sedang lelah, orang tak butuh...
ceramah
kuliah
pendapat
kritik
saran
petuah
nasehat
ocehan
atau kata-kata mutiara

Semua hal itu baik, namun, tidak tepat waktunya.

Orang yang memberikan respon negatif atas semua hal itu bukan berarti orang yang bodoh, ngeyel atau keras. 
Bisa jadi kitanya saja yang kurang peka dalam membaca situasi, merasakan energi, memahami hati dan memberikan reaksi.

Kebaikan yang diberikan pada saat yang tidak tepat justru bisa menjadi masalah.
Masih ingatkah kita dengan ucapan Whitehead? Ya, kebaikan yang tidak pada porsi, tempat dan waktunya justru akan menjadi kejahatan.

Orang yang sedang lelah hanya membutuhkan...
istirahat sejenak
rekreasi 
relaksasi
dibuat nyaman
dibuat senang
dibuat tersenyum lebar dan tertawa riang
dibuat terbang dan mabuk kepayang

Orang yang membutuhkan semua hal itu bukan berarti orang yang malas, hedonis, mau enaknya saja atau tak kenal Tuhan. Semua itu manusiawi. Semua hal itu dibutuhkan sebelum mereka kembali berdoa, berpikir, belajar dan bekerja lagi.

Semua orang bisa merasa lelah.
Semua orang perlu jeda.
Semua orang perlu rekreasi, perlu relaksasi. 
Untuk itulah Tuhan menciptakan malam, menciptakan hal yang indah-indah dan enak-enak.
UNICEF pun menetapkan istirahat dan rekreasi sebagai hak bagi setiap anak.

Memaksakan diri yang lelah untuk terus bekerja tanpa jeda itu tidak manusiawi. Hal tersebut bisa membuat kita menjadi patah atau hancur luar dalam secara perlahan.

Bagaimana ciri-ciri orang yang sedang merasa lelah itu? 
Sulit untuk mengetahuinya secara pasti bila kita tidak bertatapan muka dengannya.
Kita hanya bisa menerka-nerka, dari...
Wajahnya yang murung dan sulit tersenyum.
Sorot matanya yang kosong dan sedih.
Nada bicaranya yang rendah dan tidak bersemangat.
Kepalanya yang tertunduk, bahunya yang turun dan condong ke depan.
Percakapannya yang hemat kata.
Responnya yang mudah marah dan cenderung pasrah.

Ya, banyak tanda.
Sayangnya, sering kali kita tidak peka.
Orang-orang pun cenderung untuk menutupi keadaan yang sebenarnya.

Apakah kita salah jika kita gagal dalam memahami dan memperlakukan orang lain dengan tepat sementara orang itu sendiri tidak mau berterus terang bahkan berbohong tentang keadaannya?
Apakah kita salah jika tidak memberikan perhatian, pengertian atau bantuan apa pun kepadanya karena dia membuat kita berpikir bahwa dia baik-baik saja, bahkan, jauh lebih baik daripada kita dan tidak membutuhkan kita?

Ngomong-ngomong soal lelah...

Di kelas saya, ada satu murid yang kesehariannya adalah marah-marah sejak beberapa tahun silam. 
Setelah kembali dari luar negeri, dia nampak lebih tenang dan bahagia.
Ya, selama ini dia merasa begitu lelah dan memiliki kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Namun, orang tuanya terlalu sibuk untuk memahami dan memenuhi kebutuhan/hak si anak untuk didengarkan, disayangi dan berekreasi.

Saya pun masih ingat dengan seorang pegawai administrasi yang terkenal judes di kampus saya. Alih-alih diperlakukan buruk olehnya, dia tersenyum dan bersikap ramah. Karena apa? Entahlah. Mungkin karena saya mau mencoba untuk memahaminya dan memberikan apa yang dia butuhkan.
Sederhana, yang dia butuhkan hanya dianggap ada dan diperlakukan dengan baik.
Ternyata, dia memang tidak seburuk itu.
Mungkin, orang-orang saja yang selama ini tidak mau mencoba untuk memahami dan memperlakukannya dengan baik.
Kenapa dia begitu judes? Banyak kemungkinan.
Mungkin dia lelah.
Mungkin kebaikannya selama ini tidak diapresiasi, malah dijadikan alasan oleh orang-orang untuk memperlakukannya secara kurang ajar. Bukankah begitu kultur kita? Orang baik cenderung disepelekan dan diperlakukan secara semena-mena? Alih-alih membalas kebaikan dengan kebaikan yang lebih, yang dibaiki sering kali malah ngelunjak bahkan menginjak-injak. "Ah, gak apa, dia ini. Dia gak akan marah."

Adapun wanita paruh baya dengan beberapa anak yang terkenal ketus dan kasar dengan kata-katanya, bisa memberikan senyum yang sangat manis dan bersikap ramah.
Karena apa? Hanya diperlakukan secara manusiawi. Dilihat, diberikan senyum, dibantu dan tidak dipersulit urusannya.

---

Amat disayangkan. Sering kali kita hanya menunggu agar ekspektasi kita dipenuhi oleh orang lain.
Sementara, kita sendiri enggan untuk memenuhi ekspektasi orang lain. 
Ingin disapa, tapi enggan untuk menyapa lebih dulu. Ketika orang lain tidak menyapa kita lebih dulu, orang itu kita bilang sombong, ketus, belagu, gak sopan, cuek, judes, jutek dlsb.
Padahal, ada banyak kemungkinan lainnnya. Misalnya dia minus, pakai kacamata tapi lensanya tidak sesuai, dia malu, dia sedang tidak fokus atau sedang sibuk memikirkan suatu hal, dlsb.
Ingin dihormati, tapi kita sendiri enggan untuk menghormati lebih dulu.
Ingin dipahami, tapi kita sendiri tidak berusaha untuk memahami lebih dulu.

Menunggu, berekspektasi dan menghakimi memang jauh lebih mudah daripada memulai lebih dulu, memberikan contoh dan mencoba untuk memahami. Anehnya, bisa-bisanya kita berharap atau menuntut orang lain untuk melakukan ini itu, padahal kitanya sendiri enggan atau tidak pernah melakukan hal-hal tersebut untuk orang lain.



Thursday, 23 January 2025

Pilihlah yang Baik Agamanya, maka Kita akan Beruntung

Setelah berinteraksi dengan berbagai orang dari latar belakang yang berbeda-beda (shionya, zodiaknya, golongan darahnya, elemen tahun kelahirannya, hari lahirnya, jam kelahirannya, jenis kelaminnya, orientasi seksualnya, agamanya, rasnya, sukunya, asal daerahnya, tempat tinggalnya, pekerjaannya, kekayaannya dslb) saya semakin setuju bahwa manusia terbaik memang yang paling bagus agamanya.

Sebenarnya kita tidak perlu banyak kriteria dalam menentukan mana orang yang layak untuk dijadikan pendamping hidup, teman baik, rekan kerja dll, cukup lihat siapa yang paling bagus agamanya.

Kenapa harus agama, bukan yang lain? Karena jika bagus agamanya, maka akan bagus pula keseluruhan hidup orang itu. Orang yang bagus agamanya akan membawa kedamaian, kebahagiaan, keberkahan, keberuntungan, keindahan, kekayaan dan kesehatan ke dalam hidup kita.

Apa tanda bahwa seseorang itu bagus agamanya? Dia beriman, mencintai Allah dan orang-orang yang dimuliakan Allah, menomorsatukan Allah, ikhlas (mengerjakan segalanya demi Allah).

Saya coba uraikan keuntungan dari menikah, bergaul atau bekerja bersama orang yang bagus agamanya.
1. Kita akan merasa aman (secure) bersamanya, karena dia tidak akan menyakiti dan membahayakan kita. Dalam agama, menyakiti dan membahayakan sesama itu dilarang. Orang yang bagus agamanya tidak akan merokok, karena hal itu dapat menyakiti dan membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain yang menjadi perokok pasif terutama pasangan dan keturunannya. Orang yang bagus agamanya juga tidak akan melakukan hal-hal menyakitkan dan membahayakan lainnya seperti berselingkuh, KDRT, dlsb.

2. Kita akan merasa nyaman bersamanya.
Orang yang bagus agamanya akan membuat pikiran kita menjadi tenang dan perasaan kita menjadi damai. Tutur katanya yang indah dan halus tidak membuat kita tersinggung atau sakit hati, perilakunya yang beretika sesuai tuntunan agama tidak membuat kita merasa pusing atau jengkel sehingga kita tidak mungkin mengkritik atau marah padanya. Jika tutur kata dan perilaku seseorang sesuai dengan ajaran agama, maka kita tidak akan menemui konflik yang berarti dengannya. Dia pun akan senang menghabiskan waktunya yang sangat berharga bersama kita, karena kita tidak pernah marah ataupun mengkritiknya sebab dia sudah melaksanakan kewajibannya sebagai umat beragama dengan baik.

3. Kita akan merasa dihargai
Inti dari agama adalah cinta, dan cinta itu sifatnya memuliakan. Orang yang bagus agamanya akan memuliakan sesama, bukannya malah minta dimuliakan atau justru merendahkan yang lain atas berkat Tuhan yang dititipkan padanya. 
Jika kita berhubungan dengan orang yang prinsipnya adalah mencintai atau memuliakan semua makhluk ciptaan Tuhan (rahmatan lil alamin) termasuk kita dan orang itu sadar bahwa segalanya hanyalah titipan yang harus dipertanggungjawabkan, maka kita akan diperlakukan sebagai makhluk yang mulia.
Perlakuannya itu akan membuat kita merasa begitu berharga dan hari-hari kita menjadi indah. Ada banyak sekali cara untuk memuliakan sesama, diantaranya berkata dan berperilaku sopan seperti mengucapkan terima kasih, meminta maaf ketika salah, mengucapkan salam ketika bertemu, mengirimkan doa, memberikan hadiah, membayar pekerjaannya dengan layak, tidak menggosipkannya dlsb.

4. Dia akan menjadi pasangan yang sangat setia, karena dalam agama, kita diminta untuk menjaga kesucian diri sendiri dan orang lain. Berzina merupakan suatu perbuatan yang keji dan terkutuk. Orang yang bagus agamanya, akan menutup semua pintu zina rapat-rapat. Dia akan menjaga kesucian dirinya dengan tidak melihat, mendengar atau mengonsumsi segala hal yang diharamkan seperti following akun lawan jenis untuk dinikmati auratnya, menonton video porno, menyentuh lawan jenis, membayangkan lawan jenis secara tidak pantas atau melakukan hal-hal yang merendahkan harga dirinya sendiri. Cinta dan kesuciannya akan dijaga demi Allah untuk pasangan halalnya semata. Dia juga tidak akan terkena pelet, susuk, atau jampe-jampe orang syirik karena keimanannya bagus.

5. Orang yang bagus agamanya akan memiliki karakter yang sangat baik
Dia fokus, disiplin, konsisten dan tidak suka menunda-nunda karena hal itu dilatihnya setiap hari dalam solat lima waktu. Pengendalian nafsu dan amarahnya bagus, hal itu dilatihnya melalui puasa. Dia tidak pelit maupun boros, karena dalam agama, kita diperintahkan untuk berbagi dan tidak boros.

6. Terbukanya pintu rejeki dan kesempatan kerja yang luas
Agama mengutuk perilaku munafik yaitu jika berbicara ia berdusta, jika berjanji dia ingkar dan apabila dipercaya ia berkhianat. Nah, orang yang bagus agamanya akan menjadi orang yang jujur, menepati janji dan tidak berkhianat bila dipercaya. Sifat yang amanah ini bisa membuka peluang bisnis atau tawaran kerja sama yang luas. Tidak ada orang yang mau bertransaksi dengan orang yang munafik. Menjadi orang munafik sama saja menutup pintu-pintu rejeki sendiri.

7. Kita akan selamat dunia akhirat bersamanya.
Orang yang baik agamanya akan dilindungi oleh Tuhan, dan dia juga akan membawa keselamatan bagi kita. Sesuai perintahNya, dia akan sering berbagi ilmu (menyebarkan cahaya) sehingga kita tahu jalan yang tepat, mengingatkan kita pada kebaikan (memberi nasehat), dan mendoakan kita, terlebih jika iman kita sedang turun dan kita sedang lalai.
Karena dia sering mengingatkan kita untuk sedekah, kita akan dilindungi dari musibah dan kefakiran. Karena dia mengingatkan kita supaya suka pamer, kita akan dilindungi dari ain dan dari orang-orang yang hasad.
Jika pengamalan agamanya baik dan keyakinannya kuat, gangguan jin dan sihir pun takkan mampu menyentuh kita. Alih-alih menjadi korban sihir, sihir tersebut akan kembali lagi ke pengirimnya seperti bumerang.


Masih banyak lagi keuntungan dari menikah, bergaul atau bekerja bersama orang yang bagus agamanya... saking banyaknya hingga takkan cukup untuk dijabarkan satu per satu.

Sunday, 19 January 2025

Untouchable by Chaos

Kita akan dihadapkan dengan masalah yang sama secara berulang-ulang sampai kita berhasil mengatasinya.
Ya, kita reinkarnasi setiap hari untuk remedial dan untuk menghadapi masalah-masalah lainnya hingga lulus ujian keimanan.
Sering kali yang sulit dihadapi itu bukan benda mati, melainkan manusia.

Belakangan, saya melatih diri supaya tetap waras dalam menghadapi manusia yang ruwet, yang sangat mencintai penderitaan sehingga tidak mau keluar dari situ bahkan menarik orang-orang untuk menderita bersamanya. 
Mereka yang berpikir bahwa hidup tanpa drama itu gak asik, gak seru, dlsb.
Bagaimana caranya?
Banyak diam dan senyum aja, mereka mau gila kek mana juga, ketawa aja. 
Gak perlu terlalu dipikirkan, dibatinkan, dipedulikan atau diberi atensi berlebihan.

Respon seperlunya dan sewajarnya, itu pun kalau semesta mengharuskan kita untuk berinteraksi dengan mereka.
Kalau gak ada mereka di sekitar kita, gak perlu dicari-cari.
Fokus melakukan hal-hal yang membuat kita tambah sehat, tambah cerdas, tambah damai dan tambah kaya aja. 
Kita bangun diri kita sendirilah, gak perlu merisaukan hal-hal yang berada di luar kendali kita. 
Sikap buruk orang lain itu, gak bisa kita ubah, hanya mereka sendirilah yang mampu untuk mengubahnya -- dan hal itu adalah tanggung jawab mereka seutuhnya.
Orang tak berdaya seperti korban perang di Palestina, anak kecil yatim piatu, orang tua renta sebatang kara, orang difabel dll barulah wajib kita pedulikan atau beri perhatian lebih.

Biar mereka yang berjalan di samping kita adalah orang-orang yang waras aja. 
Yang akhlaknya bagus dan mau bertumbuh. Orang-orang problematik yang hobinya bikin stres dan mencintai penderitaan, tinggalin. Orang-orang yang sengaja berbuat onar, bikin ulah, cari gara-gara atau main api bersama orang lain untuk mendapatkan perhatian kita, tinggalin. Semakin gila tingkahnya, semakin jauh juga jarak dan tembok yang perlu kita bikin. Jangan beri atensi, jangan beri atensi. 
Tutup mata, tutup telinga, tutup mulut kita dari mereka.

Kita berhak hidup damai, kita berhak hidup bahagia, bersama orang-orang waras dan baik hati yang sevisi misi dengan kita, mencintai kita, menghormati kita, menghargai kita dan mendukung kita.

Sunday, 12 January 2025

Sifat Asli Seseorang

Barusan, saya gak sengaja melihat reels Theoderick, katanya, sifat asli seseorang itu bisa dilihat dari dua perkara.
1. Ketika orang itu dilimpahi berkat.
2. Ketika orang itu diberikan cobaan bertubi-tubi.

Pendapat saya? Saya setuju.

Buat siapa pun yang lupa diri ketika mendadak kaya, entah karena mendapat warisan atau tiba-tiba penjualan kamu meledak misalnya, lalu kehilangan iman (you pake rezeki dariNya untuk bermaksiat kepadaNya misalnya dengan merendahkan orang lain, zina sana sini, mendua, flexing harta, bli miras, narkoba dlsb), goodbye.

Buat siapa pun yang lupa diri ketika diberikan ujian bertubi-tubi. Tidak sabar untuk konsisten di jalan yang lurus, berasangka buruk sama Tuhan, menyalahkan takdir/keadaan, putus asa dari rahmatNya lalu kehilangan iman (riba, jual barang haram, zina dengan lawan main film atau melakukan pekerjaan haram lainnya), juga goodbye.

Orang paling menarik, yang paling mahal, paling berharga, paling layak untuk diperjuangkan dan dipertahankan itu cuma 1 kriterianya, yaitu teguh beriman.
Gak peduli mau dikasih ujian berupa keberhasilan, kegagalan, kekuasaan, kekayaan, kecerdasan, kesehatan, kecantikan/ketampanan, ketenaran, kemiskinan, kesedihan, kehilangan dlsb, beriman ya beriman aja.
Dia tidak akan meninggalkan Tuhan, apa pun keadaannya. 
Dia akan konsisten mengamalkan ajaran agamanya.

Orang yang meninggalkan Tuhan, entah dengan alasan apa pun itu, juga layak untuk ditinggalkan.
Satu-satunya orang yang layak untuk kita setiain adalah orang yang setia dengan Tuhan.

Saturday, 4 January 2025

Istibtha

Penyakit yang menjangkiti banyak orang masa kini: istibtha.