Hari gini ebook murah bahkan gratisan banyak, gak usah bli di shopee, web ilegal aja banyak.
Tapi, kalau hasil bajakan gimana?
Takut gak berkah nyari ilmu dan ambil untung dari situ gak sih?
Tapi kalau udah terlanjur yaudahlah, hehehe.
Bayar kelas online atau offline untuk belajar langsung dari para suhu yang berpengalaman di bidangnya memang modal, tapi ya mending begitulah daripada empunya ilmu gak ridho karena ilmunya kita ambil dengan cuma-cuma lewat pembajakan liar tanpa ijin.
Daripada kita harus jatuh bangun, mengalami banyak kegagalan dan hal pahit, buang-buang waktu, tenaga dan biaya untuk mendapatkan pengalaman yang berharga dalam bentuk ilmu, mending kita beli pengalaman berharga milik orang lain.
Orang-orang mungkin butuh waktu puluhan tahun untuk belajar lewat pengalaman langsung sehingga bisa mendapatkan pelajaran atau ilmunya. Kalau kita bisa mendapatkan ilmu itu dengan membayarkan sedikit uang dan meluangkan sedikit waktu kenapa tidak?
Ini namanya pengeluaran yang produktif dan efisien ya, kan?
Mengeluarkan sedikit demi mendapatkan keuntungan berlimpah tanpa harus bersusah payah.
Mengeluarkan sedikit demi mendapatkan keuntungan berlimpah tanpa harus bersusah payah.
Yang penting dari kelas terbuka gitu bukan ilmunya doang sih, tapi networking dan pendamping dari para suhunya.
Kalau ilmu mah, cari-cari di internet atau baca-baca buku juga nemu-nemu aja.
Susah bisnis tanpa networking. Kalau kita gak punya tutor yang handal dan temen-temen buat nge-back up kita mah, siap-siap aja dimakan serigala, apalagi kalau serigalanya main keroyokan.
Kalau mau bisnis, saya rasa networking kita memang harus luas dan kuat, ya. Bukan hanya dari kalangan pebisnis aja, orang hukum dan aparat keamanan juga perlu kita gandeng.
Jadi kalau ada yang macem-macem, tinggal minta bantu lacak dan ringkus aja biar kapok.
Ogah banget dah dikerjain sama para supplier atau buyer scammers.
No, tidak ada ampun bagi para scammers.
Jangan biarkan mereka lolos dan memakan korban selanjutnya.
Kalau kata dosen saya ya, Pak Rocky Gerung, "Penjahat harus dihukum di dunia, pendosa biar dihukum di akhirat."
Dari yang sudah-sudah, orang bisa ketipu buyer karena buyer gak bayar 100% di muka, sementara orang bisa ketipu supplier karena dia udah bayar 100% padahal barangnya belum ada. Kalau begitu mah, tinggal minta aja buyer bayar lunas di muka sebelum kirim barang, sementara lunasin barang ke supplier kalau barangnya sudah ada semua aja. Buyer cuma punya 2 opsi, mau bayar lunas atau gak ada pengiriman barang. Kalau buyer gak percaya, minta aja buyer kirim utusan untuk mantau.
Saya sih, demi keamanan dan kelancaran supaya supplier gak macem-macem, mending sewa beberapa preman buat mastiin barangnya aman.
Dari packing sampai ready buat dikirim terus dipantau, begadang-begadang dah. Bodo amat mau dikata mafia atau yakuza kek, yang penting barang aman sampai ke tangan buyer.
Jangan sampe itu dus diisi batu, atau supplier kabur melarikan diri.
Kayaknya saya emang cocok dah punya kumpulan preman.
Kalau kita dapat untung puluhan, ratusan, atau bahkan milyaran rupiah sekali transaksi, ngeluarin biaya sekian juta buat bayar jasa preman ya worth it lah. Daripada gagal kirim, supplier kabur, kita bakal rugi banget.
Udah harus ganti rugi ke buyer, nama ikutan jelek pula karena gak bisa kirim sesuai jadwal dan permintaan awal.
Buat jaga-jaga juga pasti saya siapin supplier cadangan dengan spek barang yang sama. Gak usah ambil resiko ditipulah, siapa pun itu, masih punya resiko untuk nipu, jadi jangan kasih celah.
Teman saya aja, si Amat yang punya konveksi, beberapa kali dibayar bener, eh begitu si Amat percaya, habis dia ditipu sama langganannya sampai bangkrut.
Gak, gak akan pernah saya kasih barang ke buyer sebelum lunas, dan gak akan pernah saya lunasin barang ke supplier kalau barangnya belum ada dan siap kirim.
Saya sering mengamati penyebab kegagalan orang-orang dan gak mau mengulang sejarah mereka seperti keledai.
Cuma saya males banget dah networking yang ketahuan ke publik gitu, lebih suka sama grup networking yang private-private.
Males banget kalau harus main sosmed apalagi harus munculin muka di mana-mana 😮💨
Mendingan jadi orang kaya Ma Huateng. Kalem, jauh dari popularitas/pers/gak keekspos, tahu-tahu nyalip Jack Ma. Akan tetapi, kalau saya harus aktif di medsos dan menunjukkan diri supaya dikenal oleh pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis ekspor ya apa boleh buat.