Monday, 9 September 2024

Law of Attraction?

Kemaren-kemaren muncul video dan shorts pembahasan tentang how to attack specific person pake law of attraction/law of assumption, melepas untuk mendapatkan dan semacamnya di YouTube. Intinya, para content creator itu pada bocorin tips dan trik supaya orang lain itu mikirin kita terus-terusan, obses sama kita, bisa hubungin duluan, minta maaf, ngajak balikan, ngajak serius setelah lama menghilang atau memutuskan hubungan pake berbagai teknik misalnya scripting, visualisi dll.

What the hell?

Gini ya saudara-saudari setanah air, mau manifes kek mana kek, pake cara apa pun kek, kalau Allah gak ridho, gak bakal jadi. 
Saya pribadi gak ridho jadian sama orang yang mainnya pake cara-cara seperti ini.
Saya gak suka dikontrol seperti boneka oleh (manifestasi) orang lain.  

Memang pake cara kek gini tuh enak, effortless, gak perlu keluar modal, gak perlu nurunin ego atau gengsi. Tapi cara seperti ini tuh gak baik. Manifestasi orang lain supaya tergila-gila atau terobsesi dengan kita, kepikiran terus, rindu setengah mati, nurut sama kita, ngebet buat hubungin dan ketemu sama kita... itu sama aja kita melet orang lain.
Melet orang lain untuk jadi budak cintanya kita itu gak baik.
Orang kalau rindu setengah mati itu kan efeknya bisa bikin uring-uringan, gak nafsu makan, gak fokus ngapa-ngapain, sering ngelamun, susah tidur, ngalamin gejala depresi. Yang begitu kan ganggu kesehatan jiwa dan raga. Yang parah, orang itu bisa gila kalau rindunya gak tersalurkan. Caranya menyalurkan rindu berat itu gimana? Ya ketemu, lalu melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan.
Yang dilematis itu orang yang takut Allah. Dia rindu tapi tahu kalau mikirin, menghubungi, ketemuan dan melakukan hal yang begitu-begitu sama lawan jenis itu dosa besar. Itu stresnya luar biasa, rambut bisa rontok parah dan pekerjaan jadi terbengkalai.

Orang yang bener mah akan ingetin orang lain supaya inget sama Allah. Bukannya malah bikin kita jadi bucin sama dia. 

Melepaskan untuk mendapatkan? Apa pula itu? Lepas mah lepas aja kali, ikhlasin. Motifnya bukan untuk mendapatkan kembali, melainkan karena kita ingin menaati perintah Allah yang melarang kita untuk pergi terlalu jauh sebelum halal.
Lagian, terlalu fanatik sama seseorang itu gak baik, apalagi yang belum tentu jodoh kita.

Orang baik itu banyak, yang mau berkomitmen, yang bisa menerima, mempercayai, memprioritaskan, memahami, mencintai, menjaga, melindungi, mendukung, memuliakan, mencukupi, bahkan menyenangkan hati kita tanpa kita minta. Kitanya aja yang suka nutup diri dan peluang, seolah-olah yang ada di dunia ini cuma dia doang.

Ada-ada aja kelakuan manusia belakangan ini. Bisa jadi kita mendapatkan apa yang kita inginkan di dunia, tapi kita gak dapat apa-apa di akhirat karena Allah gak ridho dengan niat dan cara kita untuk mendapatkan hal itu. Hati-hati aja istidraj.


Menurut saya manifestasi itu boleh-boleh aja asalkan kita juga mantesin diri (take action yang selaras) dan gak aneh-aneh dengan manifestasi kita. Niat dan apa yang kita manifestasikan itu jangan sampai bertentangan dengan agama (mau orang tergila-gila sama kita, mau kaya supaya bisa poligami, mau mobil terbang supaya bisa dipamerin dlsb). Terwujud syukur, gak yaudah. Jangan dikte Tuhan sama ego kita dan ngambek (jadi nakal dan berontak dengan menentang perintahNya dan melakukan laranganNya) ketika manifestasi kita gak kunjung terwujud atau tidak diwujudkan olehNya. Apa pun yang terjadi, itulah yang terbaik. Tetap berprasangka baik aja sama Allah.