Saya pernah merasa jengkel dengan seseorang karena apa yang saya lakukan dikritik habis-habisan, disalah-salahkan terus, mau ngapain aja didikte padahal saya sudah kerja sesuai prosedur. Waktu itu saya juga sedang PMS dan agak lemas karena kurang fit, jadi kesabaran sedang tipis dan kurang mood untuk becanda. Saya balas dengan nada rendah, kasih pengertian, tapi orangnya masih begitu. Waktu saya shalat pun, mulutnya masih menggerutu. Setelah saya shalat pun, semua hal sepele masih aja dikeluhkan dan dibesar-besarkan.
Di saat seperti itu, saya jadi mengerti mengapa banyak pria yang memilih untuk diam dan meninggalkan pasangannya untuk sementara waktu ketika marah. Mereka begitu untuk menenangkan diri dan melindungi pasangannya dari amukan amarahnya yang mengerikan, supaya tidak lepas kendali dan melakukan hal gila yang akan mereka sesali seumur hidup. Kita semua tahu bahwa marah bisa menghilangkan kemampuan kita untuk berpikir logis dan berempati sehingga kita bisa berbuat nekad tanpa belas kasihan.
Daripada sumpah serapah, kita juga bisa mengingat-ingat kebaikan orang tersebut dan mendoakan hal-hal baik untuknya. Nah, untuk menghilangkan rasa marah supaya gak ghibahin dia, gak dendam berkepanjangan dan memutuskan silaturahmi selamanya, kita bisa melakukan atau memberikan suatu hal baik dan disukai olehnya. Hal baik apa tuh yang disukai olehnya? Ya cari tahu aja love language-nya, hal yang bisa membuat dia merasa dicintai. Kadang orang yang uring-uringan dan ngeselin itu cuma butuh perhatian aja sih, semakin ngeselin sebenarnya semakin butuh diperhatikan aja cuma gak bisa mengungkapkannya dengan baik-baik karena terhalang oleh ego, jadinya malah cari gara-gara atau cara ribut supaya diperhatikan padahal maunya bukan begitu.
Para naga yang hobinya marah-marah dan suka memancing kemarahan saya juga gitu, sebenarnya mereka cuma mau didengerin, dimengerti, diperhatikan dan disayangin aja sesuai love language mereka makanya mereka suka cari perkara. Marah ketemu marah gak bisa, kita harus menjadi air yang tenang dan meneduhkan dalam mendengar dan merespon mereka. Waktu mereka rese, jangan ikutan marah, yang ada kobaran apinya makin besar dan bisa menghancurkan segalanya. Coba sabar dan respon dengan cara sebaliknya deh, nanti mereka langsung baik dan manis gitu dari yang tadinya annoying, bawel, ganas, buas dan begitu mengerikan. Intinya, manusia itu fitrahnya memang mencintai dan dicintai.
Ketika kita berhasil menaklukkan rasa marah, kita akan jauh lebih sabar dan anehnya malah jadi atau tambah sayang kepada orang yang memancing kemarahan tersebut.
Kalau kita begini, setan juga jadi males untuk ganguin kita. Mau bikin ngamuk, dendam, menciptakan permusuhan dan perpecahan kok malah bikin orang jadi berbuat baik, tambah sabar dan hubungan makin rekat?
Buat saya, nomor 1-3 ini sih yang bisa memicu emosi banget:
Kalau kita juga masih punya sifat-sifat seperti itu, cepat-cepatlah kita bertobat. Kasihan orang lain terutama yang akan menjadi pasangan kita nanti.
Saat marah, ingat juga hadits nabi berikut ini: