Sunday, 27 April 2025

Jangan Selfish, Jadilah Pebisnis Walaupun Sudah Financial Independent

Suatu hari, ada lelaki paruh baya berkepala botak yang mengatakan bahwa kita tidak boleh menyia-nyiakan bakat kita supaya kita bisa mempertanggungjawabkannya di akhirat kelak. Dia juga mengingatkan kita supaya kita jangan kepedean bakal masuk surga kalau bekal kita aja masih sedikit. 

Aw, berasa kegampar gak tuh?

Di lain waktu, tak ada angin, tak ada hujan, seorang kepala sekolah yang nampak awet muda dan bercincin berlian tiba-tiba mengatakan kepada saya bahwa saya harus kaya. Orang Islam harus kaya, katanya.

Beberapa waktu lalu, saya pun baca-baca lagi buku lama tulisan Theodora Lau berjudul "Horoskop China" . Di situ katanya karakter dan bakat alami saya itu cocok untuk menjadi pengusaha sukses yang tentu saja kaya raya. 

Wah, apakah ini adalah pesan semesta bahwa saya harus fokus menjadi pengusaha yang kaya raya?


Akan tetapi, di situ saya dibilang agak serakah. 

Kalau pengertian serakah di situ adalah mempunyai banyak sumber penghasilan, saya rasa itu bagus-bagus aja sih.
Bukannya kita memang perlu diversifikasi income, ya?
Hanya mengandalkan satu sumur doang kan rawan, apalagi cuma mengandalkan usaha dalam negri yang kompetisinya ketat dan bayarannya rupiah. Kena pukul inflasi bisa langsung tewas.

Saya sendiri pernah nulis bahwa memiliki banyak harta itu bagus, supaya kita bisa menolong banyak orang terutama diri kita sendiri dan keluarga kita baik di masa kini maupun di masa depan. Ini post-nya.

Saya berkali-kali menekankan bahwa punya banyak harta itu gak salah, selama kita zuhud.
Selama kita meletakkannya di tangan, bukan di hati.
Selama kita meniatkan dan menggunakannya di jalan Allah.
Selama kita menempatkannya sebagai alat, bukan tujuan.


Yang salah itu adalah ketika kita punya banyak harta tapi kita gak amanah, bukannya itu harta kita pake di jalan Allah malah kita pake di jalan iblis buat muasin ego pribadi. 
Yang begini gak boleh, ini selfish namanya. Nauzubillah min dzalik. Ya muqollibal quluub tsabbit qolbi 'alaa diinik.


Kalau kita punya empati ya, kita bakal kerja dengan sepenuh hati untuk membantu diri sendiri maupun sesama (fakir miskin, Palestina, daerah tertinggal dll) sesuai perintah Allah. Bukannya malah menyia-nyiakan kemampuan dan kesempatan yang diberikan olehNya. 
Saya sih ingin masuk ke Surga Firdaus lewat pintu sedekah. Gak mau jadi orang kere atau orang selfish apalagi kombinasi keduanya. Naudzubillah min dzalik.

Buat kalian semua yang mikir atau bilang bahwa kalian bisa kaya banget asal mau, ayo buktikan. Jangan sia-siakan kemampuan kalian supaya kalian bisa lolos hisab dengan selamat nantinya. 
Gunakan bakat kalian, pake kekayaan kalian untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih aman, lebih damai dan lebih indah untuk semua makhlukNya. Jangan hanya berkhayal atau sesumbar aja. Kalau sekedar kata bukan aksi nyata, anak TK juga bisa.

Kalau kita memang cinta padaNya, hal itu harus bisa kita tunjukkan lewat aksi nyata. Gak cuma omong kosong atau sekedar merasa. Rasa tanpa bukti nyata itu cuma ilusi belaka. Cinta kita palsu. 
Kalau kita cinta padaNya, kita harus bisa menjadi perpanjangan tanganNya, harus bisa mencintai dan melayani semua makhlukNya dengan ikhlas karenaNya.

Buanglah mental dan karakter miskin yang gak berguna dan gak ada bagus-bagusnya itu jauh-jauh. 
Uang dan kekuasaan itu gak jahat. 
Nilai jahat itu gak inheren, gak melekat pada si objek.
Sifat keduanya itu netral, yang memberi nilai adalah kita.
Keduanya baik, asal niat dan cara pakenya baik.

Buat kalian yang otaknya jahat, masih miskin dan powerless aja niatnya udah gak bener, (misal, kalau kaya atau punya kuasa akan zina sama banyak orang, kawin sana kawin sini atau melakukan dosa-dosa lainnya), semoga kalian tetap miskin dan payah untuk selama-lamanya. 
Semoga semua orang selfish yang isi hati dan pikirannya gelap, hati nuraninya mati, tetap miskin dan gak punya power untuk selama-lamanya. 
Termasuk semua orang yang bisa-bisanya mikir bahwa lebih baik menyakiti daripada disakiti atau kalau kaya jadi nakal itu wajar. Pemikiran konyol, pemikiran iblis yang bisa membuat seseorang menjadi monster hidup seperti itu harus kita musnahkan dari muka Bumi. 2025 sudah saatnya kita mematahkan pikiran-pikiran konyol yang menjadi sumber kerusakan moral dan petaka di tengah masyarakat seperti itu.
Biar yang kaya dan punya kuasa para hamba Tuhan yang beriman dan amanah aja, bukan iblis yang gak punya otak dan gak punya hati.

Dalam Islam sendiri, orang yang paling tinggi derajatnya justru adalah mereka yang berilmu, banyak harta, dan menggunakan semua itu untuk membantu hidup banyak orang. Saya pernah tulis itu di sini

Nah, barusan saya denger shorts mantan presiden direktur BCA Jahja Setiaatmadja. Saya setuju banget nih sama kata-kata beliau. Bahwa, walaupun sudah financial independent, kita sebaiknya tetap mengembangkan usaha untuk menyerap lebih banyak tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Buka usaha lagi dan lagi bukan berarti bahwa kita serakah, akan tetapi kita punya hati untuk membantu sebanyak mungkin orang untuk menyambung hidupnya dan keluarganya.

Di situ dia bilang gini:
"Mohon maaf ya, sudah dipublish jumlah saham saya di BCA ada berapa gitu ya. 34 Juta boleh itung dah itu ada berapa ratus M gitu ya. Kalau mau financial independent, wah saya dari dulu udah independent. Nikmatin aja dari bunga, dari SBN udah cukup gitu kan. Tapi NO, itu tidak wise. Anda selfish! Jujur aja nih. Sorry yang beraliran fire itu Anda adalah manusia-manusia selfish. Sorry ya, sorry ya. Saya cerita karena ada. Karena Anda hanya memimpikan individu. Coba kita lihat pengusaha-pengusaha besar, kalau mau retired, sudah dari dulu mereka retired. Mereka terus berbisnis, mereka dapat dividen. Kalau mau dibilang dapat naik first class, mau makan yang paling enak, itu nggak usah jadi konglomerat. Itu Anda orang kaya pun udah bisa gitu. 

Jadi buat mereka tuh that's enough, tetapi mereka tetap berbisnis untuk apa?
Create employment. Mereka bikin pabrik, mereka bikin tambang, mereka bikin usaha-usaha lain itu untuk create employment. Di negara kita ini, perlu employment untuk menciptakan buying power tadi. Kalau Anda mau membantu Indonesia, negara kita, Anda nasionalis, Anda akan berusaha. Anda sudah berkecukupan, bukan retired, Anda berbisnis, Anda create employment. Anda hire orang, Anda membantu, berapa ratus, berapa ribu atau berapa puluh minimal orang untuk makan. Karena kita masih negara yang belum GDP atau GNP per kapita. Kalau udah 50 ribu, forget it. Kita baru 4-5 ribu, masih kurang. Itu pun averaging, kan? Jadi yang masih di bawah itu banyak. 

Kalau Anda tergugah untuk menjadi nasionalis, bukan hanya pada saat kemerdekaan, Anda bisa menjadi nasionalis. Tapi saat ini, Anda justru kalau sudah merasa independent, bukan untuk retired. Untuk coba terus, coba hire orang, kasih makan orang, Anda betul-betul nasionalis sejati. Ya itu untuk yang fire tadi."

Akhir kata, saya ingin menutup post kali ini dengan mengutip kata-kata mutiara dari Boethius, "A man content to go to heaven alone will never go to heaven."

Tuesday, 15 April 2025

Jangan Mudah Terhasut Medsos

Sudah lama sekali saya gak buka TikTok. Entah terakhir tahun berapa.

Sekali liat posting galau, eh yang lewat itu mulu. Banyak yang patah hati, galau, gila sendiri, mencoba sembuh, sudah berdamai dengan diri sendiri. Macem-macemlah.

Temen-temen, saran saya, kalau ada masalah sama pasangan itu coba dikomunikasikan langsung sama pasangan deh. Berdua aja. Jangan libatkan siapa pun. Jangan pake perantara. Jangan dengerin orang-orang asing yang kalian lihat di media sosial manapun termasuk TikTok.

Seseorang pernah berkata, "Sering kali kita berburuk sangka, lalu terjebak dalam masalah yang sebenarnya tak perlu ada."

Masa lebih percaya kata-kata orang-orang asing daripada pasangan sendiri sih? 😅
Ngapain kita jalin hubungan sama seseorang kalau kita lebih dengerin dan lebih percaya sama omongan orang lain ketimbang dia? Aneh.

Masih ingat kisah Banyuwangi? Ya, gara-gara kehasut omongan orang, si cowo jadi mau ngebunuh istrinya sendiri. Daripada dibunuh, istrinya milih bunuh diri. Begitu istrinya mati dan terbukti gak bersalah, suaminya baru nyesel dan jadi gila.

Berkomunikasi langsung itu jauh lebih baik daripada berprasangka dan nyimpulin sendiri. Karena pada kenyataannya, manusia itu unik. Gak bisa digeneralisir. Kalau a, belum tentu b. Kalau b, belum tentu a. 

"Fakta cewek" dan "fakta cowok" itu pun hanyalah hasil observasi dari segelintir individu dengan latar belakang tertentu.

Kita gak bisa ngatur orang mau ngomong apa, tapi kita bisa ngatur respon kita terhadapnya.
Sebagai orang yang kritis, gak seharusnya kita gampang kebawa emosi dan dibuat overthinking oleh post-post galau yang kita temukan di sosial media.
Walaupun penuturnya terkenal, diksinya bagus, jalinan katanya indah, gambarnya dalem dan lagunya mendukung. Walaupun likes, repost, share, subscribers dan viewsnya banyak--jangan mudah terpengaruh. Hari gini, semua itu bisa diakalin atau dibeli. Banyak dukungan tapi palsu, gak tulus dari hati. Cuma sekedar transaksi bisnis atau transaksi sosial yang sifatnya simbiosis mutualisme aja.

Saya sendiri bisa ngebantah 80% apa yang disebut sebagai fakta perempuan di medsos, misal?

Post 1: "Perempuan selalu megang hp, kalau dia beneran suka, pasti dia excited buat kontak kamu dan menjadikan kamu prioritasnya."
Kenyataan: Gak semua perempuan begitu. Gak semua perempuan sibuk sama hp-nya seakan-akan gak punya kehidupan dan kerjaan di dunia nyata. Saya sendiri gak selalu megang hp. Dalam Islam, kita juga diminta untuk membatasi interaksi sama lawan jenis yang kita suka. Kalau gak penting ya gak usah. Malah, akan lebih baik kalau kita saling menjauh atau saling block daripada pacaran ketika perasaan kita sudah mulai sulit untuk dikendalikan. Lebih baik jaga jarak aman daripada ngomongin atau ngelakuin hal yang enak-enak tapi haram. Mending sibukin diri dengan olahraga, belajar, kerja dan networking. Komunikasi secara intensnya nanti, buat ngurusin pernikahan aja. Kalau mau gombal-gombalan, ngomongin topik dari A-Z di luar pernikahan, having fun bareng, nanti aja setelah nikah.

Jangan mau dikerjain sama iblis Al-A'war. Orang yang beneran cinta sama kita, gak mungkin mau ngajak dan diajak pacaran. Ngajaknya nikah, sesuai perintah Allah dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Ngajak nikah, artinya dia berani bersumpah di hadapan Tuhan seluruh alam dan umat manusia untuk menjaga orang yang dicintainya dengan hukum yang jelas. Dia rela dibakar di neraka jahanam seandainya dia melanggar sumpahnya. Bukan karena nafsu semata. Kalau mau muasin nafsu syahwat doang, sendiri atau sama siapa pun juga bisa, kapan pun dan di mana pun itu. Gak harus nikah. Bisa PMO, BO, atau pacaran. Nah, biasanya orang pada milih pacaran nih karena lebih aman dan lebih murah daripada BO, bisa kapan pun dan dimana pun. Apalagi kalau pasangannya udah berhasil dibuat bucin sama dia. Gak perlu effort, gak perlu minta, gak perlu ngode, orang bisa ngasih segalanya yang dia mau.


Jangan pernah mikir untuk muasin nafsu syahwat di luar pernikahan ya teman-teman, apalai sampe menodai orang lain, karena dampaknya bisa sangat buruk bagi dunia dan akhirat kita. 
Ada 10 golongan yang paling celaka ketika dibangkitkan di Padang Mahsyar nanti, salah satunya adalah para pelaku maksiat yang hidup dengan mengikuti nafsu syahwat. Nauzubillah min dzalik. Sumber: NU online.


Post 2: "Cewek yang menunjukkan kekurangannya berarti meminta kamu menjauh."
Kenyataan: Gak juga. Kalau kita jujur, artinya kita sudah berdamai dengan diri sendiri dan menghargai hak orang lain untuk mendapatkan kejujuran dari kita. Kalau dia mau pergi setelah mengetahui hal yang sebenarnya, terserah. Menjadi palsu atau menyembunyikan kejujuran supaya tetap dipertahankan atau disukai orang lain itu gak banget.

Post 3: "Bagi cewek, satu-satunya dunianya adalah cowoknya. Sementara cowok punya banyak dunia, seperti teman-teman, hobi dlsb."
Kenyataan: Gak semua perempuan mau dikuasai oleh perasaannya sendiri dan menjadi bucin. Sejak dulu, isi otak saya gak cuma cowok, tapi banyak hal lain yang menurut saya sangat menarik dan juga berguna. Saya punya banyak ketertarikan, hobi dan aktivitas yang seru di dunia nyata. I also having fun with my friends, coworkers and family. Hidup ini gak melulu soal cinta-cintaan. Sudah bukan anak SD yang baru puber.

Ngeladenin orang anxious yang punya trust issue dan maunya dibucinin terus itu melelahkan. Orang fokus kerja sampe lembur aja dikiranya chat atau ngelirik yang lain, terus sakit hati sama pikiran negatifnya sendiri. Padahal kan gak semua orang mau hp, isi otak dan hatinya berisik kaya pasar. 1 orang aja udah ribet, ngapain 2 atau lebih. Makanya kerja keras, biar paham bahwa orang bisa sibuk banget terutama di jam kerja. Kerja keras biar gak nganggur banget dan gak punya waktu buat suujon. Jangan suka bohong atau ngibul juga supaya gak nganggep orang lain pun pasti pembohong. At least jangan pake ukuran diri sendirilah buat nge-judge orang lain. Gak semua orang itu berpikir dan merasa seperti kita. Gak semua orang itu punya cara kerja dan tingkah laku seperti kita. Kalau kita suka bohong, orang lain belum tentu. Kalau kita mata keranjang, orang lain belum tentu. Kalau kita suka mainin perasaan orang lain, orang lain belum tentu.


Sorry to say nih ya, cuma orang kurang kerjaan aja yang sukanya tebar pesona, lirik sana sini, ladenin sana sini, punya banyak cadangan, insecure sendiri takut pasangannya kayak dia terus bikin-bikin jealous supaya pasangannya merasa takut ninggalin/kehilangan. Kalau kita sibuk, punya sense of direction, punya sense of urgency dan deadline yang jelas, kita gak bakal ada waktu buat ngelakuin atau ngeladenin hal-hal semacam ini lagi. Mending fokus membangun masa depan yang mapan dan memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat luas sama-sama sebelum kita menjadi semakin keriput, semakin beruban, semakin lemah, gampang lupa, gampang capek dan penyakitan. We can't stop aging, Dude. We can't. We just can slow it down.

Post 4: "Cewek kalau salah pasti over explaining."
Kenyataan: Kadang, orang rela over explaining buat meluruskan kesalahpahaman biar semuanya jelas dan gak ada drama akibat salah paham lagi. Emang mau ngedrama terus-terusan? Gak, kan? Kalau gak, makanya kelarin. Kalau akar permasalahan dari sebuah hubungan adalah kesalahpahaman, ya lurusin biar kita gak ngulang-ngulang drama yang sama seperti keledai. Orang kalau mau explain sesuatu itu, tandanya dia peduli dengan perasaan orang yang dia anggap penting. Dia mau kasih clarity, security dan comfort ke orang itu. Kalau dia gak peduli, dia bakal cuek aja. Cuma, yang sering terjadi adalah, ketika orang ngasih over explanation, dia bakal dikira ngibul atau cuma bikin-bikin alasan aja buat bela diri. Jadi, gak perlulah kita kasih penjelasan panjang lebar ke orang lain yang pada dasarnya hanya ingin mempercayai persepsinya sendiri. Gak guna. Buang waktu, buang energi.

Bukan cuma fakta cewek, banyak juga fakta cowok yang menurut saya tidak sesuai dengan orang-orang yang saya kenal.

Intinya kita harus kritislah dalam bermedia sosial. Jangan asal telen dan langsung baper. Someone said, "Only fools trust everyone without judging them. Wise people judge before trusting others."

Komunikasi terbaik adalah ketemuan langsung, komunikasi terburuk adalah tidak adanya komunikasi. Sibuk berprasangka sendiri, nafsirin sendiri, nyimpulin sendiri, sakit hati sendiri. Layaknya autis yang hidup di dunianya sendiri. 

Akhir kata, saya mau mengutip untaian kata-kata mutiara yang saya temukan di internet. "Without communication, there is no relationship. Without trust, there's no reason to continue. No relationship can prosper without communication. And you can't be the only one communicating."